Friday, April 15, 2016

Muhammad Giwana Sang ksatria (4)



Giwa senang sekali. Ingin rasanya dia melompat setinggi mungkin dan meneriakkan pekik kemenangan sambil mengepalkan tangan ke atas. "Yess...!!! atau Alhamdulillaah..!!!" atau "Yuhuuu...!!!" atau "Yippyy..!!!"
Segitunya yah, norak banget. Padahal cuma berhasil bikin janji sama Candy kalau pulang ke Sukabumi mereka barengan. Maklum, Giwa adalah laki-laki yang jarang merayu apalagi menebar pesona. Habis mau gimana lagi? Pesona dia sudah tersebar dimana-mana. Tanpa gombalpun cewek-cewek pada nempel. Ibarat kertas materai gituuu... yowess dech nanti Giwanya kege-eran.

Oke, kita lanjutkan kisah Kang Giwa? Yuuk mariii....

                                                             ****************
Aku menutup intercom dengan Candy. Senaaaaang sekali rasanya. Si Candy memang polos-polos gimanaa gitu. Perempuan Sunda memang rata-rata begitu, kalau yang baik yah, memang agak pemalu, santun dan suaranya lembut. Aku nakal berarti yah modusin Si Candy. Hehehe. Tapi semoga "kenakalanku" ini tetap dalam koroidor syar'i. Halah...

Aku kembali ke kamarku. Ingin rasanya aku melepaskan penatku sebentar dengan merebahkan badan dan... ohya sampai lupa... aku sudah lama tidak menelpon Mamat!

"Hallo...assalamu'alaikum..! Mat kumaha damang?" Aku menelponnya sambil leyeh-leyeh di kasur busa yang ketebalannya lama-lama semakin menyusut saja.

"Eh.. Akang...! Wa'alaikumussalam Kang.... pangestu! Alhamdulillaah kabar baik. Ini saya sedang ngurusin revisian skripsi,Kang. Kan kemaren sudah lulus sidang. Akang kapan atuh selesainya? Biar kita bisa liburan bareng ke Sukabumi... kita ke Sawarna atau ke Ujung Genteng Yuuk...! Bareng-bareng kita ajak Kang Ridwan dan keluarganya, jangan lupa ajak Abah sama Ambu"

"Kamu ini ngomong kayak kereta api aja Mat.. panjaang banget. Iya..iya.. Akang juga maunya cepet lulus tapi bagaimana yah Mat, Akang baru sampai bab tiga nich skripsinya ..." Jawabku malu.

"Ya ampuun Kang, makanya jangan ngurusin BEM melulu atuh, cepet ah dikebut! Akang kan lebih cerdas dan jenius dari Mamat, masa gitu aja nggak bisa. Ayo Kang... atau gini aja dech, kalau revisian Mamat dah kelar, nanti Mamat mau main ke UI yah".

"Boleh kalau main mah, tapi kabarin Akang dulu yah kalau mau dateng, takutnya Akang lagi nggak ada di asrama atau lagi ada tugas BEM. Kamu kan belum pernah ke UI nanti nyasar."

"Ah Si Akang mah, masa seorang lulusan ITB bisa kesasar? Malu Kang sama almamater".

"Waaah sudah bawa-bawa almamater nih.... mentang-mentang anak ITB yah.."

"Lah Akang mah suka gitu. Nyesel yah dulu milih UI. Padahal mending ikutan UMPTN aja ke ITB bareng Mamat, rasanya sekaliber Akang mah lulus lah. Kita enak bisa bareng-bareng. Mamat jadi punya bodyguard..".

"Hahaha... itu dia nggak enaknya. Disuruh jagain kamu, Mat! Udah gede juga. Males ah nanti dipesenin sama Ambu begini, 'Giwa... obat asma adik kamu jangan sampe abis yah.. cek terus, ingetin terus... ' Enggak lah yauu... Akang mau kuliah bukan jadi baby sitter!

"Ih Akang mah gitu. Sama adik sendiri aja perhitungan".

"Iya dong. Hey... rambut masih plontos,kan? Awas lho ya kalau gondrong!"

"Iyaah... masih Kang. Sampai kapan sih perjanjian ini berakhir?"

"Sampai waktu yang tidak ditentukan... hahaha... udah ah.. kamu jaga diri baik-baik yah.. jangan lupa 'senjatamu tuh'.. biar Ambu nggak kuatir terus..."

"Okey Kang... siaplah... siap 86!"

Percakapan yang selalu kurindukan. Mamat adalah adikku yang kuliah di ITB jurusan teknik arsitektur. Dia cerewet seperti anak cewek. Tapi nggak melambai lho ya... cuma banyak ngomong aja. Adik yang penurut banget.

                                                             ********************

"Giwa...! Kamu dipanggil sama Pudek ... katanya suruh ngadep dia sekarang!"
Awang mengagetkanku yang tengah menengadahkan tangan kepada Sang Pencipta selepas dua rakaat Dhuha di mushola tercinta.

"Serius, Wang? Waduh gawat nich pasti urusan demo kenaikan SPP kemaren yah"

"Udah... ngadep aja dulu" jawab Awang singkat.

Aku meninggalkan mushola dan bergegas menuju kantor Pembantu Dekan (Pudek). Perasaanku tidak enak. Sepertinya akan ada teguran keras gegara aksi kemarin yang sempat ricuh dan terekam kamera pewarta.
Aku memberanikan diri mengetuk pintu Pudek. Tak lama kemudian suara gagah itu mempersilahkan aku masuk ke ruangannya.

"Duduk, Wa! Apa kabar?"

"Kabar baik,Pak. Alhamdulillaah.. "

"Saya sudah membaca koran kampus kita... headline dan gambarnya aduhai. Lebih seksi daripada cover majalah Playboy.... bagus ya... anak teknik selaalu bikin perkara... bosan saya ditegur sama Dekan.."

"Iya Pak, maaf, kemarin kami kecolongan sama anak kiri.."

"Makanya... kalau mau aksi itu jangan asal-asalan... pikirkan dan perhitungkan matang-matang. Aksi boleh-boleh saja... Saya juga mendukung kok... dulu kan saya aktivis juga... Tapi Wa, lupakan saja tentang aksi kamu dan temen-temen kamu itu... Saya manggil kamu bukan buat itu.."

Aku mulai bisa bernafas lega. Ternyata Pudek tidak mempermasalahkan soal aksi kemarin.

"Giwa.. ini ada tawaran kerjasama dari Petronas. Katanya mereka butuh bantuan tenaga teknis untuk penelitian proyek mereka. Nah, karena kamu memenuhi semua kriteria yang diminta, jadi Saya tawarkan ke kamu nih... mau nggak? Sekalian skripsi sekalian kerja juga di sana. Semua akomodasi dan biaya hidup ditanggung mereka... kamu juga mendapat gaji... enak kan?"

Aku terkesima. Ini pasti jawaban Dhuha-ku tadi pagi. Allah itu memang Maha Pemurah. Tanpa pikir panjang aku langsung meng-iya-kan dengan satu syarat... aku harus meminta izin sama keluargaku dulu. Pudek-ku langsung memberikan berkas-berkas yang harus aku isi. Aku bersyukur tiada henti.

Aku buka lembar demi lembar formulir isian data dari Petronas. Banyak juga yang harus diisi. Mirip-mirip proses melamar kerja. Hmm.... di dalam perjanjian kerjasama tersebut tertulis bahwa aku harus melakukan penelitian sesuai dengan materi yang mereka minta selama kurun waktu 6 bulan di Indonesia dan setelah itu aku harus ke Malaysia untuk menerapkan hasil penelitianku itu. Secara hati nurani aku sebenarnya kurang sreg jika harus mengabdikan diri pada negara tetangga. Tapi secara kebutuhan aku memang butuh sekali. Apalagi aku punya rencana suci sama Si Candy. Pengen cepet-cepet nikahin dia. Pastinya butuh biaya banyak dong. Aku ingin menjadikan dia seperti Tuan Puteri yang segala kebutuhannya terpenuhi dan akan aku manjakan dia setiap hari. Aku tersenyum sendiri. Mulai mengkhayal yang enggak-enggak. Maksudnya yang enggak tanggung-tanggung... gitu loh... jangan su'udzan dulu.

Lucu.
Aku ketemu Awang di kantin. Selepas perkuliahan tadi pagi.
Dia murung sekali. Aku dekati sahabat sejatiku itu. Sekaligus aku mau menceritakan tentang pembicaraanku dengan Pudek.

"Dorr!!! Kenapa pangeran Awang Kusnaidi ini kok murung begitu?" Tanyaku sambil menepuk punggung sahabatku itu,  menghampiri dan duduk tepat di sebelahnya.

"Aku iri sama kamu, Wa!"

"Iri kok jujur yah. Iri kenapa sih Wang... karena aku lebih ganteng dari kamu? Gimana dong aku juga nggak pernah minta dilahirkan dalam keadaan kece begini... sudah takdir"

" Halaahh..!Yang tadi pagi sama Pudek itu loh Wa... Soal Petronas. Sebenarnya Pudek nawarin ke aku, Wa!"

"Lha.. terus kenapa? Kamu tolak? Yaah kok nggak bilang tadi pas ketemu. Kan aku bisa kasih ke kamu aja kalau kamu memang mau"

"Ini loh Wa... aku kan dah kelar skripsiku. Aku bahkan bisa menyelesaikannya lebih awal dari jadwal yang seharusnya. Aku bisa lulus 3,5 tahun dan bagiku itu adalah kebanggaan buat orangtuaku juga. Saat wisuda nanti namaku disebut sebagai lulusan tercepat dengan predikat cum laude, Wa!"

"Nah, terus? Kamu maunya gimana? Mau ambil proyek Petronas juga?"

"Awalnya begitu Wa... cuma pas aku lihat kriterianya... ada satu yang mentok. Materi penelitiannya berbeda dengan yang aku kuasai. Malahan materi mereka sama persis dengan judul skripsi yang kamu ambil... aku jadi inget sama kamu, Wa... aku bilang ke Pudek bahwa kamu lebih pas untuk kriteria ini."

"Jadi kamu yang merekomendasikan aku???"

"Iya... habisnya kalo nggak gini kapan kamu bisa lepas dari BEM ... kapan kamu mikirin diri kamu? Kapan kamu mau lulus? Dan yang terpenting... ini free.. Aku malu lah... aku mikir lagi... siapa yah temenku yang miskin dan papa yang sangat membutuhkan ini? Hahaha... "

"Semprul..! Kamu kira aku miskin dan papa? Enak aja.. mentang-mentang kamu orang kaya yah... tapi betewe... thanks ya Bro... kamu emang keren abis dech... hatimu baik banget... aku traktir yah!"

"Hahaha... bolehlah... entar kalo kamu udah jadi orang kaya di Malaysia... kabarin aku ya! Hahaha.."

Persahabatan yang indah. 
Aku dan Awang menikmati makanan Kantek (Kantin Teknik) yang enak dan terkenal murah. Aku bangga dengan sahabatku itu. Dia benar-benar baik hati. Dialah orang yang selalu peduli terhadap kuliahku. Mulai dari minjemin buku, fotokopiin kisi-kisi, ngisiin absen kalau aku harus bolos demi aksi dan akhirnya ketauan juga sama dosen dan inilah kebaikan dia yang paling puncak yaitu melepaskan tawaran Petronas demi aku. Padahal dia bisa-bisa saja mengambilnya. Perihal materi skripsi yang tidak dia kuasai..? Itu bohong banget! Mana ada seorang Awang Kusnaedi mentok. Dia hanya ingin berbagi kebahagiaan untukku yang menurutnya miskin dan papa. Dan dia sangat alergi dengan BEM entah kenapa. Katanya sih gegara ditolak cinta sama salah seorang aktivis BEM. Tapi dia tidak pernah cerita padaku. Yasudahlah minimal itu menunjukkan bahwa dia masih suka perempuan. Kadang aku ngeri karena Awang begitu baik kepadaku, takut aja gitu... hari gini...

                                                   **********************

Setelah aku menelpon Ambu dan Abah , sebutan dalam bahasa Sunda yang artinya Ibu dan Ayah, mereka sangat senang dan setuju sekali aku mendapat tawaran dari Petronas. Mereka mengizinkan aku pergi ke Malaysia untuk menimba pengalaman. Mereka juga berpesan agar aku kelak tetap harus balik lagi dan membangun Indonesia tercinta. Nasionalisme mereka kental sekali. Ini keturunan buyutku yang katanya dulu pejuang kemerdekaan. Dan katanya juga buyutku ini dulu menikah dengan wanita Belanda yang cantik jelita. Kalau dirunut-runut, wajar kali yah aku mirip Keanu Reeves. Ada keturunan bule-nya dikit. Jangan protes... kamu protes juga aku tetap ganteng... nggak ngaruh ya, ho-oh -in aja yaa.

Oke! Aku sudah mendapat restu dari orangtuaku. Sekarang aku harus mengisi formulir dan beberapa berkas persyaratan untuk segera dikirimkan ke negeri seberang. Mereka meminta dalam bentuk hard copy dan soft copy via email. Taraaa.... ! Aku hanya butuh waktu 1 jam untuk menyelesaikan semuanya. Besok aku kirim hardcopy via JNE. Hmmm.... apalagi yang kurang yah? Kayaknya ada yang kurang... apa hayoo? Hmm... pernah tahu atau ingat lagu soundtrack ini nggak?

Biar saja biar wajahku begini
Tak peduli oh tak oh tak oh tak
Perlu ku tangisi

Akulah anak nakal anak nakal
Berlari-lari sana sini
karena aku, Sebab aku,
memang aku candy

Dikala sepi kusendiri
Akupun tak peduli
Lalu ku lari mencari
Keping cermin dan berkata

Senyumlah senyumlah
senyumlah candy
Biarkanlah hati sedih
Oh candy candy.

Itulah anak kecil berpipi tembem dan berambut ikal yang dikepang 7 dengan aneka pernik ospek waktu SMA dulu. Anak mungil yang ceria dan ramah walaupun cerita hidupnya pilu. Itulah Candy-ku. Kini dia berubah anggun dan sangat santun setelah berhijab rapi. Seperti hatiku yang selalu tertata rapi untuk impian bersamanya.
Aku jatuh hati. 

Aku berencana menelpon Candy via intercom asrama setelah subuh. Biar nggak banyak yang nguping. 

                                                           ************************

"Assalamu'alaikum... bisa bicara dengan Candy A2 no.16 ?"

"Oh..  ini siapa?"

"Ya ampuun.. Candy.. masa lupa suara Akang?"

"Oh maaf... di A2 tidak ada nama Candy.. salah sambung.."

Jiahh...! Intercom ditutup! Aku ingat benar itu suara Indri yang mengangkat intercom. Kenapa dia lupa suaraku? Astaghfirullaah... pantesan aja atuuh... aku bilangnya Candy... bukan Indri.. aku coba ulangi lagi.

"Hallo.. bisa bicara dengan Indri, A2 no.16?"

"Iya, saya sendiri"

"Alhamdulillaah... akhirnya. Kamu baru selesai sholat Subuh?"

"Ya iya atuh Kang... jam segini kan belum masuk Dhuha apalagi Dzuhur.. hehe"

"Kamu bisa becanda juga yah. Lucu. Hmm.. bisa bicara di kantin nggak nanti?"

"Berdua, Kang?"

"Iyalah... mumpung ini hari Minggu. Anak-anak asrama sepi. Ada yang ingin Akang bicarakan sama kamu"

"Maaf Kang... kalau berdua aja mah saya nggak mau. Nanti yang ketiganya setan. Kalau boleh saya ditemani Teh Fitri."

"Hmm... jangan. Ini agak pribadi soalnya..Hmm gimana ya?"

"Pribadi? Tentang apa sih Kang? Mau ngajak pulang bareng ke Sukabumi? Maaf saya belum bisa pulang"

"Bukan.. bukan itu Candy.."

"Apa? Candy? Akang mau cerita tentang Candy? Jadi yang nelpon cari-cari Candy itu tadi Akang yah? Ya ampuun... Maaf tadi saya bilang salah sambung. Mungkin bukan di A2 ... A3 kali yah... nanti saya bantu cari dech Kang... "

"Ealah... bukan itu, Indri..haduuh... memang nggak ada Teh Candy di asrama... maaf ini Akang lagi pegang permen lolypop bertuliskan "Candy"... "

"Pagi-pagi makan permen lolypop? Hehehe...Akang tambah ngaco dech. Masa subuh-subuh begini makan permen lolypop? Gini aja Kang... siapapun yang Akang maksud, tuliskan saja di surat. Jangan lupa tulis nomor kamarnya yah Kang. Nanti pagi-pagi pas sarapan kasih ke saya. Nanti saya bantu cari dech... buat menyampaikan surat Akang ke dia..."

"Oke... jam 7 kita ketemu di kantin yah.."

"Iya Kang... salam yah buat Teh Candy-nya... hehe"

Intercom ditutup. Kenapa jadi kacau begini ya? Tidak sesuai dengan skenario ini mah. Halah... 

Cepat-cepat aku kembali ke kamar dan langsung menulis surat untuk Indri. Biar nggak salah sebut lagi. I-N-D-R-I bukan Candy. 


Assalamu'alaikum wr.wb.

Sebelumnya Akang minta maaf karena sudah lancang menelpon tadi pagi dan membuat kamu berprasangka yang tidak-tidak. 

Akang cuma mau ngasih tahu aja, Akang mendapat tawaran kerja di Petronas, Malaysia.

Berangkat ke sana 6 bulan lagi. Sekitar bulan Agustus... mungkin itu pas libur semester ganjil. 
Akang mau ngejar penelitian di sini selama 6 bulan kedepan. Mungkin sering tidak di asrama karena harus nge-lab juga di tempat lain. 

Kamu jaga diri baik-baik yah. Kuliah yang bener. Hmm... apa lagi ya? 
Kamu ada rencana apa bulan Agustus nanti? 
Kalau nggak ada... Akang punya rencana buat kamu... 
Mau nggak? 

Jawab secepatnya ya... Candy (A2 no. 16)

Wassalam.

Gimana? Bagus nggak isi suratnya? Perlu diedit? dimana...yang mana...? 
Kira-kira Indri jawab apa ya? Pengennya sih dia nelpon aku terus jawab.."Saya nggak ada rencana apa-apa Kang.."
Nah, terus kan dia nanya lagi tuh : " Emang Akang ada rencana apa buat saya?"
Nanti aku jawab lagi begini : " Kamu jawab dulu.. mau atau enggak? Kalau mau, Akang akan kasihtau rencana Akang.. kalau enggak, yasudah nggak jadi.. tapi jangan nyesel yaa.."
Nah, pastilah cewek jawabnya : " Iya, mau dech.." 
Cakeeuup.... aku tinggal bilang : "Aku punya rencana nikah sama kamu. Tadi kamu sudah jawab 'Mau' jadi yasudah Akang akan datang ke rumahmu bulan Agustus nanti"
Kira-kira nih ya... klepek-klepek nggak tuh? Bukan kamu yang klepek-klepek... maksudnya Si Candy... kok kamu yang senyam senyum gitu sih... mupeng yah? Baper?

Udah jam 7 nich. Aku harus bertemu Indri untuk menyerahkan surat misterius tadi. 
Aku lihat seorang perempuan mungil berhijab rapi berwarna biru... sebiru hatiku. 

"Assalamu'alaikum Indri... ini suratnya" Aku memberikan suratku kepadanya. Lengkap dengan tatapan Elang-ku dan senyuman termanisku. Di sampul surat itu aku menuliskan alamat : A2 No. 16.

"Wa'alaikumusslam Kang... iya."
 Dia menjawab singkat tanpa sedikitpun menatapku. Mata Elang-ku sia-sia. Senyumanku juga. Haduuuhhh... ini cewek sok jual mahal dech... jadi gregetan. 
Dia langsung ngacir ke tempat Mba Inah, penjual nasi di kantin asrama. Heran dech takut banget sama aku. Emangnya wajahku menyeramkan apa ya? Aku yang error ini mah. Sebenarnya Indri itu sedang mempraktekkan akhlak yang benar. Dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan memang ada batas yang jelas. Kita diharuskan untuk menundukkan pandangan atau dikenal dengan istilah "Gadhul Bashar". Aku jadi malu. Ketua Rohis masa jadi berubah begini? 
Nggak berubah juga sih... Ah, kamu nggak tau yah... aku lagi puber nich. Hehe.. tetep bukan alibi yang diperbolehkan ya? Iya dech, apapun alasannya aku kok yang salah. Tapi aku begini cuma sama Candy yah... kalau sama yang lain? No Way ! 

Aku menunggu surat balasan. Kok lama ya? Perasaan ini sudah jam 8 dech. Apa belum lama yah? Si Candy lagi nulis kali yah. 

Surat balasan tidak kunjung tiba.  Apalagi telpon.
Aku kecewa. 

Aku bersiap hendak ke markas BEM. Hari ini aku ingin menyelesaikan arsip dan tetek bengeknya untuk aku serahkan ke pengurus baru. Lagi bete nich. Di asrama juga nggak jelas mau ngapain. Nunggu surat balasan yang tidak kunjung tiba? Ah.. sudahlah. Si Candy mungkin tidak suka dengan caraku. Aku yang mungkin jadi berbeda di matanya. Tidak seperti bayangan laki-laki sholeh impiannya. Setelah aktif di BEM dan bertemu dengan komunitas yang heterogen memang sedikit mempengaruhi pembawaanku dari kalem menjadi lebih supel. Memang bukan jodohnya kali ya.


Langkah gontaiku membawa tubuh ini menuju halte Bikun Asrama. Aku berjalan lambat. 
Hey... aku melihat hijab biru melesat di sampingku. Dia menuju Wartel (Warung telekomunikasi) yang berada tepat di samping halte Bikun Asrama. Itu kan Indri ya...? Apa bukan..? Mataku sudah rabun. Semua yang berjilbab biru aku pikir itu Indri semua.

"Hallo... Assalamu'alaikum.. Kang Giwa?"

Aku bengong setengah hidup setelah aku mendengar suara yang menelponku. Indri... Iya.. Indri menelponku dari Wartel Asrama. Aku berada tepat di samping Wartel Asrama. Duduk sendiri menunggu Bikun. 


"I..iya..ini Akang.. Indri ya?"

"Iya Kang. Maaf saya menelpon ke handphone Akang. Selamat ya Kang... semoga dilancarkan semuanya."

"Iya haturnuhun... aamin."

"Ohya Kang... bulan Agustus saya tidak ada rencana apa-apa. Tapi.. saya juga bingung Kang... sebenarnya pengen ikut UMPTN lagi.. mau coba masuk FK Unand... "

"Kamu nggak betah di Farmasi? Kenapa ke Unand..? kan di UI juga ada Kedokteran"

"Hmm... ada Teh Annisa di sana Kang.. saya sudah ditawari untuk kuliah FK bareng-bareng di sana dan semua biaya ditanggung oleh keluarga beliau, semacam beasiswa gitu Kang. Teh Annisa kan orang berada dan punya Rumah Sakit juga di Sukabumi. Kalau lulus nanti saya mengabdikan diri di RS mereka. Gitu Kang..  Tapi saya nggak enak jadinya. Saya harus bagaimana ya Kang..? Eh, punten, maaf jadi bikin pusing Akang.."

"Hmm... gimana ya..? Itu kan jauh ya di padang.. "

"Kan ada Teh Annisa Kang... Saya juga nggak akan sering pulang. Jauh banget Sukabumi - Padang"

"Ohya maaf Kang... nggak usah dipikirin itu mah. Jadi curhat begini. Maaf... Ohya rencana Akang untuk saya.. apa itu? Kalau saya disuruh masuk Fakultas Teknik maaf saja.. Saya tidak tertarik..."

"Kalau sama laki-laki Fakultas Teknik kamu tertarik nggak?"

"Ah, Akang... bisa aja."

"Eh, ini serius. Ada laki-laki FT yang minta tolong sama Akang."

"Siapa Kang?"

"Namanya Keanu... dia punya rencana mau menikah di bulan Agustus."

"Seriusan Kang?"

"Mau tau nggak orangnya? Si Keanu ada nich di halte Bikun Asrama. Ayo cepet kesini. Siapa tau kamu tertarik. Lihat sekilas aja... bolehlah.. "

Telpon ditutup. Indri langsung menuju halte Bikun yang berada di samping Wartel. 

Mata kami bertatapan lamaaa sekali.
Tatapan Elangku dan senyuman manisku sekarang tidak sia-sia. Jelas terfokus pada objek yang berada tepat di depannya. Siap menerkam seganas Elang yang kelaparan.. berputar-putar di udara kemudian meluncur di ordinat ular kecil yang tak sadar akan bahaya.... 

Kupandangi dalam-dalam... perempuan manis di depanku ini.
Matanya bulat sempurna sebulat niatku untuk mempersuntingnya, bola matanya coklatnya indah terkena sinar matahari yang mengintip kami dari kejauhan...pancaran matanya bersinar seperti bintang-bintang... ada senyuman simpul yang manis dari bibir tipisnya, maniiis... seperti permen lolypop rasa strawberry yang aku jadikan alibi subuh-subuh tadi.

Saat kami sedang bicara melalui tatapan mata....

"Aduuh Bikun mana yah.. kok nggak lewat-lewat dari tadi... " Amran wong Nganjuk lewat di depan kami berdua.

Indri langsung berlari menuju Asrama. 
Malu dia. 































9 comments:

  1. Yaaaa kok masih bersambung juga to

    ReplyDelete
  2. Giwa dan Gilang, sama-sama diawali huruf "G" semoga kegantengan dan kebaikan hatinya sama hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. G = Ganteng ... ciee... aamiin dech buat Kang Giwang.. eh salah.. Kang Gilang...

      Delete
  3. Kang Giwa romantis bingit sihhh, ah bikin baper.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukannya sudah ada Kang Giwa-mu yang juga romantis abis.. hehe #piss

      Delete