Wednesday, March 30, 2016

Perkenalkan: "Aku Seorang pencuri" (8)


Minggu pagi di rumah Almira.
"Bik... buatkan saya kopi!" Kata Pak Darwis.
"Baik Tuan... " Jawab Si Bibik tegang.

Ya. Pastinya ketegangan meliputi semua orang. Pak Darwis, Bu Darwis, Almira, Ayu, Keyandra, Orangtua Ayu dan Orangtua Keyandra. Hari itu persidangan Almira akan dimulai.
Tak lama setelah Bibik menyiapkan secangkir kopi panas untuk Pak Darwis, suara mesin mobil terdengar mendekati rumah mewah itu.
Siapakah yang datang?
Adalah Almira, Ayu dan Bu Darwis.



"Assalamu'alaikum.." Kata Mama Almira
"Wa'alaikumussalam... " Jawab Pak Darwis datar.
 Semua masuk ke ruang tamu dimana Pak Darwis tengah menikmati secangkir kopi hitamnya. Satu per satu bersalaman. Tidak ada ekspresi apapun dari Pak Darwis. Hanya siap mengadili.

"Papa minta yang menjelaskan bukan Mama ataupun Ayu. Papa minta kamu yang bicara ALMIRA!" Dengan nada tegas Pak Darwis memberikan ultimatum.
Sontak Bu Darwis dan Ayu kaget bukan kepalang. Mereka kuatir Almira tidak bisa menjelaskan dengan tenang sesuai skenario yang dibuat Ayu.
Duh... coba dari dulu ikut belajar akting... ini malah ikutan modelling, kata Ayu dalam hati.

"Papa... Almira minta maaf. Almira udah bikin Papa kuatir. Almira nginep di rumah Ayu, Pa... Kemarin ada acara ulang tahun temen di sekolah sampe sore. Terus Al pikir karena di rumah juga nggak ada orang dan Al takut sendirian, Mama kan ke rumah Eyang, Papa belum pulang, jadi... Al ijin sama Mama buat nginep di rumah Ayu." Cukup lancar Almira beralibi.

Si Bibik terlihat tegang. Tadi ketika Almira bercerita, dia sedang menata gelas-gelas minuman di meja untuk mereka yang baru saja datang. Dan dia mendengar kata-kata Almira "di rumah juga nggak ada orang..." sejenak Bibik meratapi nasibnya, "Jadi Al... Bibik ini kamu anggap bukan orang?" Kata Bibik dalam hatinya. ter-la-lu.

"Jelaskan pada Papa, apa arti surat untuk Mba Indri dan juga kenapa ada nomor telepon di belakang surat itu!" Jaksa penuntut umum melancarkan aksinya.
"Surat itu Al sengaja buat karena acara ulang tahun temen sampai sore, sedangkan les privat jam 4 sore, nggak akan keburu Pa... dan Mira juga udah capek,Pa.. nanti belajar pun nggak konsen"
Lancaaar.... hebat juga Almira merangkai kata-kata.
"Nomor telepon ini apa?" Lanjut Pak Jaksa.
"Hmm... nomor telepon apa ya Pa?" Tanya Almira sambil menerima kertas surat yang dibuatnya kemarin.

"Pa... sudahlah Pa, yang penting Almira sudah pulang. Nggak udah ditanya-tanya begini. Kasihan dia Pa... nggak tenang dia nanti... mana besok sudah mulai UAS lagi. Mendingan Almira disuruh belajar,Pa.. buat persiapan UAS besok.." Mama Almira menyelamatkan.

"Papa kan cuma tanya Ma.. Papa nggak marah! Mama tau kan semalam Papa sampai harus ke kantor polisi dan hampir menemukan tempat asal nomor telepon itu... tapi karena Mama telpon suruh balik.. Papa ikut aja. Tapi Ma, insting Papa tetap kuat, pasti ada sesuatu yang terjadi dan itu tidak biasa!" Pak Darwis mulai tak sabar.

"Boleh Ayu bantu jawab ya Om... nomor telepon itu adalah nomor telepon rumah kost Kak Indri. Jadi, Kak Indri pengen kasih kisi-kisi ulangan via telpon. Tadinya les terakhir kemarin itu membahas kisi-kisi UAS Om... Ayu kan ikutan les juga Om... biar pinter kayak Mira.." Akting sempurna dari seorang artis pendatang baru.

"Oh.. begitu? Bener? Nggak bohong? Papa ingatkan sekali lagi ya.  Pilih mana : Jujur dan  Papa maafkan. Atau kalian tetap berbohong dan Papa akan bongkar kebohongan kalian nanti." Kata Pak Darwis.

Seketika semua diam.
"Pa.. sudahlah Pa... " Kata Bu Darwis tidak tega melihat anak gadisnya mulai meneteskan airmata,
"Om... kami nggak bohong kok Om... Ayu berani sumpah dech!" Jawab Ayu yakin.

"Okeyy... kalau masih mengelak juga! Kalian sekarang lolos sidang pertama. Ayu kamu boleh pulang." Kata Pak Darwis.
"Alhamdulillaah... baiklah Om... Ayu nanti dijemput Gion" Jawab Ayu spontan.
"Gion siapa?" Tanya Pak Darwis.
"Pacar Om.. Pacar... hehehe" Ayu keceplosan.
"Pacar ya? Almira juga punya pacar?" Pandangan Pak Darwis menuju Almira yang masih tertunduk layu.
"Enggaklah Om.. Almira belum punya pacar.. habisnya sih Om terlalu galak! Hehehe... siapapun takut deketin Mira, Om.." Samber Ayu sebelum skenarionya gagal jika Almira keceplosan juga kayak dia.

Singkat cerita semua berakhir aman. Tidak ada luap kemarahan. Tidak ada perlakuan kasar. Ya! Semua kemungkinan buruk itu tidak terjadi. Semua lega... kecuali Almira. Gadis polos yang tidak bisa menyembunyikan kebohongan.

Ulangan Akhir Semester (UAS) sudah selesai dilalui. Tiga hari dari Senin sampai Rabu. Almira menempuh UAS dengan hati yang tidak tenang. Semua trik yang didapat dari les privat denganku terasa hilang timbul. Cemas. Karena kecemasan tentang kebohongan yang mungkin terkuak menjadi penyebab Almira tidak bisa fokus pada soal-soal yang dihidangkan. Dia sudah berusaha mati-matian. Tapi hasilnya entah akan seperti apa. Impian masuk jurusan IPA seakan melambaikan sayonara.

Tibalah hari penantian. Pengumuman hasil UAS sudah terpampang di papan pengumuman. Terdapat nama-nama siswa lengkap dengan nilai dan jurusan terpilih. Almira berharap sangat semoga namanya ada di jurusan IPA.
"Yeaay... aku masuk IPA!" Terdengar teriak histeris dari seorang siswa mengiringi langkah Almira menuju papan pengumuman yang sudah disesaki banyak orang.
"Yess!!! Gue masuk IPA... hey.. ada anak manja di sini... selamat yah loe masuk IPS!" Kata Yuli sambil melirik Almira sinis dan puas sekali. Almira mengikuti nasehat Ayu agar tetap diam dan tidak menimpali Yuli.
Setelah mendekat dan memastikan, ternyata apa kata Yuli ....BENAR.
Almira tamat sudah riwayatmu.

"Al... sudah jangan nangis... malu dilihat temen2..." Kata Key pada Almira.
"Key.. aku mau pulang duluan ya. Kepalaku pusing. Kalau kamu nggak bisa nganter, aku naik taksi aja nggak apa-apa." Jawab Almira pilu.
"Ealah Almira... ngomong apa sih kamu. Aku aja yang antar.. nanti kalau kamu kenapa-napa di jalan gimana? Aku sayang banget sama kamu Al.." Key seorang ksatria.

Hari itu hari Sabtu. Hari pengumuman nilai dan jurusan untuk siswa kelas 2 SMA Citra Buana. Almira pulang lebih awal diantar Key. Sudah saatnya Key memperkenalkan dirinya kepada Mamanya Almira. Dua tahun mendampingi Almira tanpa pengakuan sudah cukup baginya. Sekaranglah waktunya untuk membuktikan bahwa dia seorang ksatria.

Setibanya di rumah, Almira langsung memeluk erat Sang Bunda dan menumpahkan kesedihannya. Bu Darwis sudah bisa menebak apa yang terjadi. Dipandanginya Key... laki-laki yang sudah banyak berkorban untuk anak gadisnya itu.
"Makasih banyak ya Key... Mama sangat bersyukur Almira punya teman dekat seperti kamu." Kata Bu Darwis.
"Iya bu... sama-sama." Jawab Key.
"Ma.. Key adalah pacar Al... sudah dua tahun Key jadi orang spesial di hati Al.. dia anak yang baik Ma.. " Jujur Almira mengakui.
"Baiklah Al... Mama sih tidak masalah. Mungkin perlu proses agar Key bisa diterima Papa kamu." Jawab Mama Almira.

Key berpamitan pulang. Tinggal Almira dan Mamanya yang sudah siap menjadi...
TERDAKWA.
Semua kejadian seolah menari-nari di benak Almira. Tentang perlakuan Yuli, tentang pengorbanan Ayu dan Key, tentang jasa Bibik yang selalu mencemaskannya. Maaf ya Bik... dulu Al bilang nggak ada orang di rumah... Bibik adalah pahlawan tanpa tanda jasa bagi Al... sedari bayi Bibik sudah mengurus Al dengan sabar. Menetes sudah airmata Almira. Dan semakin pedih saat lamunannya terhenti pada sebuah nama: Kak Indri...
Bagaimana kabarnya dia?
Bagaimana nasibnya setelah pulang tengah malam?
Bagaimana perasaannya setelah mengetahui aku gagal?
Bagaimana perasaannya jika Papa tidak membayarnya sepeser rupiahpun?
Almira... kamu kejam!
Perasaan Almira tak menentu.

Setelah sholat dzuhur dan makan siang bersama Mamanya, tibalah waktu yang ditunggu-tunggu. Sang Algojo sudah siap menunaikan tugasnya. Eh sebentar dech... kasihan banget Pak Darwis.. udah dibilang genderewo, Hakim kejam... sekarang Algojo. Astaghfirullaah ini penulis hiperbola banget dech... ulangi! Oke... ulangi yaa... Almira dan Mamanya menunggu kedatangan Papanda.. haihh... Papanya.. sipp! Hehehe.

"Bagaimana Al... Ma... Papa siap mendengar kabar gembira nich" Pak Darwis mendadak ramah.
"Pa.... Almira mau jujur sama Papa... Almira siap menanggung resikonya.. apapun itu..." Prolog Almira sebelum akhirnya menceritakan kejadian malam itu dari A sampai Z. Berharap tenang bisa didapatinya. Berbohong adalah hal yang paling ditakutinya setelah Kak Indri mengajarkan prinsip: " Islam hanya memperbolehkan berbohong untuk hal yang bersifat darurat dan mengancam nyawa serta iman".

Betapa kaget Papa Almira. Pecah sudah marah dan murkanya. Tangis Almira tak berhenti melihat Papa dan Mama bersitegang. Hingga akhirnya...

"Ma... Papa tetap mau Almira masuk IPA. Bagaimanapun caranya! Dia harus jadi dokter gigi! Pikirkan caranya oleh kalian berdua...! Dan satu lagi... Si Indri guru les privat Almira jangan dibayar sepeserpun! Dia sudah gagal! Awas kalau kalian tidak menuruti Papa... sepulang dari Malaysia minggu depan... Papa tidak mau mendengar kabar buruk lagi...ingat itu!" Itulah taklimat dari Sang Raja.. (agak keren kan ..."Raja" tapi Raja Murka... hehe).

Satu Tahun Kemudian...

"Kak Indri... sudah sampai mana? Al sudah sampai nich..." Kata Almira yang sudah duduk di sebuah cafetaria elit di bilangan Jakarta.
"Iya Al... Kakak sedang di jalan... sepuluh menit lagi sampai kayaknya " Jawabku dengan senyuman. Masih kugenggam handphone pemberian Almira. Jadi malu... sekarang ceritanya aku sudah punya handphone sendiri lho... pemberian Almira setahun yang lalu. Handphone kesayangan Almira yang dikirimkan via penitipan kilat ke alamat rumah kost-anku. Sebagai pembayaran jasa les privatnya. Dikirim dengan sembunyi-sembunyi. Tanpa ada nama pengirim yang tertera disana. Dan lucunya.. Kang Udin melarangku menyentuh paket kiriman tersebut karena menurutnya itu adalah "kiriman" atau "guna-guna" dari genderewo. Halahhh... Kang Udin... lama-lama aku daftarkan juga nich ke poli jiwa!

Tak sabar menunggu pertemuan dengan Almira. Skenarioku berjalan mulus. Almira aku sarankan untuk pindah sekolah. Jika tetap di sekolah elit tapi tersiksa bathin oleh Yuli and the gank bukanlah satu keputusan yang tepat. Di sekolah barunya dia mengikuti test ulang dan hasilnya memuaskan! Almira bisa masuk IPA. Kemarin Almira baru saja mengikuti UMPTN. Katanya hari ini dia ingin memberiku kejutan. Sudah kuduga pasti dia masuk FKG. Kejutan yang sudah bisa aku duga... Almira... Almira... masih polos aja ini anak.

"Kak Indriii..... !!!!" Gadis cantik bertubuh tinggi bak model papan atas... memelukku erat... betapa cantiknya ketika aku melihat penampilannya sekarang. Dengan gamis panjang dan hijab rapi... menambah keanggunan yang luar biasa!

"Kak... ada yang mau ketemu sama Kakak.." Kata Almira membuatku penasaran.
Ah.. paling juga Papa dan Mamanya yang mau menyampaikan permintaan maaf dan terima kasih padaku. Ini bukan kejutan namanya Al... hadeuhh.

"Assalamu'alaikum...!"
Suara itu... aku mengenalnya... tapi bukannya itu adalah... suara...
"Apa kabar ukhti? Izinkan saya untuk menyampaikan pinanganku hari ini..." Jawabnya gagah.

"Udah kak... jangan melongo gitu doong... nanti aja Almira ceritain semuanya. Sekarang Al udah laper... pesen makan yuk!" Almira berusaha menyadarkanku dari kekagetanku yang tak tertahankan... mataku membelalak tak bisa terpejam...
"Kak... mau pesen makan apa?" Tanya Almira sambil menggoyang-goyangkan badanku yang tetiba kaku laksana turgor.
Tak sadar aku menjawab :
"Kakak mau pesan mie instan aja Al..."

Serempak Almira dan Kang Giwa tertawa.

Yaa Rabb...aku telah mencuri takdir-Mu.
Maafkan aku yang terlalu bahagia saat ini.

FIN

Bagaimana readers? Puas?
Semoga iya yaa... Trimakasih sudah mengikuti kisah Almira dari awal hingga akhir.





14 comments:

  1. lom puas mb....soalle terpenggal setahun, serasa ada yg hilang,hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang setahun nanti aku buat di cerita yang lainnya yah... tunggu aja

      Delete
  2. Puas sih tentang Almiranya, tapi itu Kang Giwa hidup lagi mba Indri??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kang Giwa ternyata masih hidup... kenapa? Nantikan di cerita berikutnya spesial edition : Muhammad Giwana Sang Ksatria

      Delete
    2. Kang Giwa ternyata masih hidup... kenapa? Nantikan di cerita berikutnya spesial edition : Muhammad Giwana Sang Ksatria

      Delete
  3. iya..kurang puas mbak
    seperti endingnya dipaksa berakhir cepat

    whahahahaha padahal pengin di perpanjang aja ceritanya...

    ReplyDelete
  4. Ooh gitu tah... habis nanti diomelin kalo kepanjangan... tapi tenang mba wied... aku buat flashback kok part yang penting2 nanti... semoga selalu setia...

    ReplyDelete
  5. Ooh gitu tah... habis nanti diomelin kalo kepanjangan... tapi tenang mba wied... aku buat flashback kok part yang penting2 nanti... semoga selalu setia...

    ReplyDelete
  6. Nggak puaaasss, kok bisa Almira ketemu Kang Giwa? hehe..

    ReplyDelete