" Kamu orang baru ya? Saya kok nggak kenal? " Kata Si empunya klinik.
Sebut saja Ibu Sumiharti. Seorang bidan senior yang sudah lama pensiun dari PNS dan mempunyai klinik Rumah Bersalin atau istilah lainnya BPS (Bidan Praktek Swasta) yang sedang aku supervisi dalam rangka program PIN (Pekan Imunisasi Nasional). Beliau ternyata adalah bidan perintis di Puskesmas tempatku bekerja saat ini. Aku juga baru pertama kali melihatnya. Tadinya ingin aku tanya balik, " Ibu orang lama ya? Saya kok nggak pernah lihat Ibu!" Hehehe... tapi dalam hati aja, nggak sopan atuh.
Ada apa dengan ibu bidan tadi?
Apa gerangan yang membuat aku tertarik mengabadikannya dalam tulisanku?
Layak! Sangat layak menjadi inspirasiku. Begini ceritanya :
Tanggal 15 Maret 2016, adalah hari terakhir program PIN. Aku ditugaskan untuk supervisi ke beberapa tempat di kelurahan Joglo 1. Tempat pertama yang kusinggahi adalah Posyandu (sudah tahu kepanjangannya kan?). Ingat dengan lagu jaman dulu nggak yang seperti ini liriknya ( ketahuan umur dah) :
Aku anak sehat, tubuhku kuat
Karena ibuku rajin dan cermat
Ketika aku bayi slalu diberi ASI
Makanan bergizi dan imunisasi
Berat badanku ditimbang slalu
Posyandu menunggu setiap waktu
Kalau aku diare, ibu slalu waspada
Pemberian oralit, slalu siap sedia
Begitulah kira-kira. Maaf kalau ada salah-salah kata. Jangan tuntut saya ya wahai pencipta jingle.
Posyandu "Nuri" namanya. Seperti nama burung. " Burung Nuri... terbang tinggi...terbang tinggi di atas awan...". Jiahh... nyanyi lagi. Maaf, maklum naluri artis.
Jadi di posyandu tadi aku bertugas untuk melakukan penijauan pelaksanaan PIN vaksin polio. Ada format khusus yang harus aku isi, diantaranya :
1. Apakah kegiatan dilakukan oleh vaksinator ahli?
2. Apakah vaksin yang diberikan sebanyak 2 tetes per pasien?
3. Apakah vaksinator tidak menyentuh ujung droppler?
4. Apakah jumlah vaksin sesuai dengan kebutuhan?
5. Apakah penyimpanan vaksin sesuai persyaratan?
6. ..... dan seterusnya... dan seterusnya.
Ramai sekali ibu-ibu yang datang membawa buah hatinya. Dari mereka, aku melakukan wawancara singkat sebagai kelengkapan supervisiku. Dari beberapa ibu yang aku tanya ternyata hampir semua memahami apa manfaat vaksin polio. Senang rasanya. Tapi jadi sedih kalau ingat Bang Syaiha... founder ODOP (One Day One Post) yang mempunyai cerita pilu dengan vaksin polio zaman dulu. Kembali ke ceritaku, dengan kesadaran tinggi bahkan yang anaknya sedang sakit batuk pilek atau panas pun dibawa oleh ibu-ibu tadi ke Posyandu dengan harapan diberikan imunisasi polio. Tapi mereka tidak kecewa saat kader Posyandu menolaknya karena pemberian vaksin polio tidak direkomendasikan untuk anak atau balita yang sedang sakit dengan panas di atas normal. Mereka tetap senang pergi ke Posyandu. Terlarut dalam euforia PIN se-Indonesia.
Setelah selesai melakukan supervisi di Posyandu, dengan disertai acara salah alamat dan mencarinya seperti Ayu ting-ting, " Kesana- kemaari mencari alamat...!" Eeet dah nyanyi lagi. Maklum naluri artis. Ya Kellesss.... Jangan protes lah, setidaknya aku ada hiburan gitu. Coba bayangkan... seorang tenaga kesehatan imut dan cantik berjalan menyusuri aspal panas hasta demi hasta... demi menunaikan tugas negara... Sebentar... perasaan aku tadi naik motor dech, jadi yaa enggak " berjalan hasta demi hasta" lama amat... Maaf terlalu hiperbola. Setelah selesai di Posyandu aku mulai mencari tempat berikutnya yaitu BPS tadi. Ada dua yang harus aku sowani, pertama BPS Sumiharti dan kedua BPS Malimunah. Sebut saja begitu. Kalau pakai nama " Mawar " terlalu mainstream... dan agak-agak gimanaa gitu ya...
Tibalah aku di BPS Sumiharti.
Kulihat seorang ibu dengan pakaian rumah yang bersahaja. Berjilbab rapi, tanpa polesan make up. Terlihat asyik mengobrol dengan salah satu pasiennya.
" Assalamu'alaikum..."
" Wa'alaikumussalam... masuk, Mba !"
" Perkenalkan Bu, Saya Indri, petugas supervisi dari Puskesmas Kecamatan mau supervisi PIN, bisa bertemu dengan ibu bidan Sumiharti-nya bu?" Tanyaku.
" Saya bidan Sumiharti..!" jawabnya dengan nada suara tinggi. Bukan marah ya, memang volume suaranya begitu.
" Oh maaf bu, Saya belum kenal Ibu..."
" Ndak apa-apa... " Katanya sambil tertawa.
Wajah ibu bidan yang kukira masih kisaran 50 tahunan, ternyata sudah berusia 62 tahun. Tidak sangka lho! Perawakannya tinggi besar dan begitu sehat. Memakai kaca mata dan dari tarian bola matanya terlihat bahwa Si ibu bidan ini adalah manusia cerdas. I feel it...!
" Kamu usia berapa?" Masih dengan nada tingginya.
" Saya 30 tahun, Bu " Untung nggak tergoda menyamai nada tingginya. Padahal sedari tadi aku sudah latihan bernyanyi di atas. Takutnya terbawa suasana.... Hehe.
" Waah... masih muda ! wajaar... Ingat pesan Ibu ya, selagi masih muda harus gesit! Biar jadi orang sukses... apa aja kamu jajaki... rejeki siapa yang tahu!"
Tahan sebentar kawan. Dialog di atas barusan, seharusnya di tulis setelah dialog pada percakapan berikut ini :
" Yo wess... aku ada beberapa rumah cluster yang baru aku bangun. Situ kalo mau nanti ta' kasih diskon... ambilah !"
Catet ya, ini bukan dialog dia denganku. Tapi dengan seorang Bapak-Bapak dari anak balita yang sedang dibawa isterinya untuk diimunisasi. Sepertinya mereka sudah kenal dekat dengan ibu bidan ini.
" Harga teman laah... jangan mahal-mahal.." Kata Si Bapak.
" Gampang... aku ini baru aja pulang dari Surabaya, keponakanku menikah. Dia dokter dapat jodoh dokter juga... sama kayak anakku.." Si ibu bidan bercerita dengan semangat.
Lalu diriku dimana? Kangen yaa? Kok nyari-nyari aku... hihihi.
Aku sibuk membantu petugas PIN yang sedang kewalahan dengan anak-anak bayi dan balita yang sedang antri imunisasi. Tapi maaf ya, bukannya aku penguping, sebelumnya sudah aku jelaskan di awal ya, bahwa ibu bidan ini memiliki nada tinggi... entah berapa oktaf. Suaranya tetap terdengar menggelegar!
Setelah selesai. Kami akhirnya rehat sejenak dan terlibat obrolan singkat.
" Rumahmu dimana?"
" Saya di Graha Loka, Serpong "
" Deket Rumah Sakit Permata Bunda?" Tanya beliau dengan yakinnya.
" Betul Bu. Anak saya kalau sakit berobat kesitu karena deket dari rumah "
" Itu masih punya Saya ! Bukan pribadi sih, Saya nanam saham disitu bareng temen-temen"
" ....???" Ceritanya aku bengong terlongo-longo. Sampai bingung mau jawab apa.
" Jadi bisnis Ibu selain disini apa saja?" Tanyaku penasaran.
" Aaah nggak banyak... biasa aja..." Jawabnya merendah.
Dan saat itulah seorang pegawai yang kebetulan berada di dekat kami menyambar pertanyaanku tadi,
" Bisnis Ibu Sumi banyak... ada apartemen juga.."
" Hush.. sudah-sudah... jangan diceritakan!" Masih dengan suara tenornya ibu bidan tadi mengalihkan obrolan.
"....?????" Tambah terbengong-bengong aku terkesima.
WOW!
Mbak Indriiiii...Lagi2 kamu "mencuri" (hatiku). Keren banget tulisanmu, nak..hehhehe
ReplyDeleteSepakat sama uni Helen.. Tulisan mbak Indri makin keren aja.. Semoga semangat menulis di tengah kesibukannya..
DeleteSyukron uni Helen dan Bang Syaiha... terimakasih sudah mampir di warungku ini... Masih tahap belajar dari kalian yang jauh lebih keren dan lebih hebat... bimbing aku terus yaa...
DeleteSyukron uni Helen dan Bang Syaiha... terimakasih sudah mampir di warungku ini... Masih tahap belajar dari kalian yang jauh lebih keren dan lebih hebat... bimbing aku terus yaa...
DeleteWOW...bidan pebisnis
ReplyDelete