Sunday, June 19, 2016

Kang Giwa (15) : "Almira Ngambek"




"Kak Indri... ada goodnews! Pokoknya Kak Indri harus datang ke rumah besok yah...!"

Almira menelpon Indri yang sedang mencuci alat-alat praktikum Kimia Analitiknya. Terpaksa aktivitas rutin selepas praktikum tersebut ditinggalkannya dulu. Almira rempong banget. Nggak lihat sikon kalau nelpon. Begitulah Almira, memijar-pijar persis seperti percikan api tukang las listrik. Kalau nggak pake pelindung mata, bahaya.

Indri terpaksa harus selalu stand by handphone kemanapun dia pergi. Maklum, ini adalah amanah dari Almira saat memberikan handphonenya sebagai ganti jasa les privat untuk Indri. Tapi setelah Pak Darwis sadar akan kekeliruannya selama ini terhadap Indri, akhirnya uang jasa les privat sebesar 400 ribu rupiah dibayarnya juga. Alangkah senang hati Indri saat menerima uang hasil jerih payahnya itu. Pak Darwis dan keluarga menjadi sangat baik padanya. Sudah seperti keluarga sendiri. Akhirnya les privat Almira berlanjut terus. 

Aihh Almira kalau nelpon nggak pake timing. Lagi repot begini pake bikin rusuh. Begitu pikir Indri dalam hatinya.

"Iya Al... nanti Kakak kesana jam 4 sore kan? Sudah disiapkan belum PR nya? Hari ini Iqro 5 kan? Wajib lulus ya... "

Inilah profesi sampingan Indri. Menjadi guru mengaji Almira, disamping les privat pelajaran sekolah. Hari ini adalah jadwal Almira belajar membaca Alqur'an. Mulai dari buku iqro. Semangat Almira untuk mengejar ketertinggalan dalam sisi agama ini menjadi alasan paling kuat bagi Indri menjalani hari-hari yang padat. Sepertinya kosakata "capek" sudah tidak ada dalam kamus hidupnya. 

Indri melanjutkan agenda selepas kuliahnya hari itu menuju rumah Almira. Di dalam angkot, saking capeknya, Indri selalu tertidur. Tak jarang kernet angkot sudah sangat familiar dengan wajah Indri yang sangat polos dan tanpa dosa tidur nyenyak di atas angkot jurusan Depok - Pasar Minggu. 

"Neng... sebentar lagi sampe Neng... bangun!" Suara kernet angkot mengagetkan Indri. 

"Eh, iya Bang... sudah sampai yah... maaf saya ketiduran" Jawab Indri sambil membenarkan posisi jilbabnya.  

"Eeet dah... ketiduran kok sering beudd... hoby yah Neng tidur di angkot? Lebih enak daripada tidur di hotel kayaknya... nyenyak banget..." Si Abang Kernet menggoda Indri. 

"Aduh Si Abang, nginep di hotel aja saya belum pernah... jadi nggak tau rasanya gimana. Enakan di angkot ada angin sepoi-sepoinya Bang.. " Jawab Indri sambil tersenyum.

"Tapi hati-hati Neng, banyak orang jahat, jangan lagi-lagi yah ketiduran sampe pules begitu" Nasehat Si Kernet. 

"Iye Bang. Ini ongkosnya Bang..!" Indri memberikan uang lima ribuan. 

Sekarang rute kedua, yaitu Depok - Cinere. Semoga nggak ketiduran lagi. Begitu pikir Indri. 

Jalanan yang dilalui sepanjang rute menuju rumah Almira memberikan pemandangan yang luar biasa. Indri adalah seorang pemerhati. Dilihatnya seorang pemuda gagah yang sedang menjajakan kembang tahu. Yaitu penganan khas yang terbuat dari kembang tahu dengan diguyur air gula merah panas yang dibuat semakin legit dengan wangi kayu manis dan jahe. Dalam otaknya, Indri berfikir sejenak. Hari gini masih ada pemuda gagah yang tidak malu berjualan kembang tahu keliling rumah warga. Bukan pemuda yang bisanya meminta-minta atau malah asyik pesta narkoba. Indri berdo'a agar pemuda tadi diberikan rezeki yang banyak. Salut.

Pemandangan kedua adalah seorang bapak-bapak berumur 40 tahunan yang mendorong gerobak sampah dengan kakinya yang pincang. Dilihatnya dengan seksama oleh Indri. Bapak tadi mendorong gerobak dengan langkah yang terkatung-katung. Entah kenapa dengan kakinya. Dia agak sulit berjalan. Persis di samping jalan raya. Hati Indri terenyuh. Bulir bening menetes di pipinya. Teringat perjuangan seorang ayah yang dilihatnya barusan. Do'a kedua terlantun untuk Bapak tadi semoga Alloh selalu melindungi keselamatannya dan memberinya rezeki yang cukup. 

"Neng... turun dimana? Ini sudah hampir terminal nich bentar lagi... masa kelewatan terus sih.." Kata Bang Dul. Kernet angkot langganan Indri. 

"Ah Bang Dul gitu dech... pura-pura nggak tau. Saya turun di kompleks depan... biasa Bang" Jawab Indri sambil manyun sedikit. Tidak suka diledekin sama Bang Dul tentang kebiasaannya melamun di angkot. Padahal Indri sedang menerawang jauh, mengambil hikmah dari setiap yang dilihatnya. 

Setibanya di rumah Almira. Indri disambut histeris. 

"Kak Indri...!!! Ayoo sini cepetan masuk ke kamar Al.. Ayoo...!!!" Almira menyeret tangan Indri sambil membopongnya ke lantai 2. 

"Aduh Al... ada apa sih? Seneng banget kayaknya.." Jawab Indri. 

Singkat cerita, keduanya sudah berada di kamar. Indri dan Almira duduk di atas kasur dengan bedcover warna pink kesukaan Almira. 

"Kak Indri... mau tau nggak? Aku bahagiaaa banget... kemaren aku nelpon Kang Nunu!" Almira memulai ceritanya. 

"Kang Nunu... Keanu Reeves?" Indri langsung tertawa. 

"Kok Kakak nggak percaya sih?" Almira kecewa. 

"Lha, darimana kamu dapet nope Kang Nunu, Al? Ada-ada aja. Palingan Kang Nugraha ya? Abang kelontong sebelah rumahmu itu!" Indri melanjutkan tawa renyahnya. 

Almira kesal. Segera diambil handphone yang tergeletak di atas bantal. Lalu satu nomor kontak dipanggilnya segera. 

Indri hanya bengong melihat tingkah Almira. Diperhatikannya sejenak. Mungkin Almira ingin membuktikan sesuatu. 

"Hello... Keanu? I am Almira..." Percakapan dimulai. Almira mengaktifkan speaker agar Indri bisa mendengar siaran langsung antara Almira - Keanu. 

"Hello... what can i do, Miss AlGera? How about your planning to come here, as you request yesterday" Giwa mengira ini telpon dari Miss AlGera. 

Almira mulai kebingungan. Diberikannya handphone yang sedang aktif itu kepada Indri. Tentulah Indri kaget dan mau tidak mau harus menjawab Keanu. 

"I am sorry... is this Keanu Reeves?" Indri mulai bertanya dengan sedikit terbata-bata. Tidak percaya dengan cerita Almira. Speaker dinonaktifkan.

"Who is this? I am Muhammad Giwana, everybody here call me Giwa and most of them call me Keanu too... they said i extremely same like Keanu Reeves...Ok, who are you? I think the voice is different with the beginning... "  Akhirnya Giwa menjelaskan juga. 

Sontak Indri kaget. Dia tidak sanggup menjawab apa-apa. Handphone yang dipegangnya jatuh ke lantai tanpa disadarinya. Indri lalu duduk di atas kasur dan menutup wajah dengan kedua tangannya. Seperti petir di siang hari. Petir yang menyambar tubuhnya yang mungil. Tubuh yang berjalan di atas harapan yang selama ini dipupuknya. Harapan yang sudah terbengkalai selama 8 bulan lamanya. Digantung oleh ksatria pengecut. Lelaki gagah yang bernyali kerdil. Kang Giwa selama ini sama sekali tidak memperdulikan perasaan Indri. Menghilang begitu saja. Tanpa kabar apa-apa.

Almira yang melihat ekspresi Indri semakin penasaran. Apalagi melihat Indri yang langsung menangis. 

"Kak Indri kenapa? Dimarahin Kang Nunu ya? Waduh... coba tadi Al nggak kasih ke Kak Indri ya... maaf Al nggak tahu... itu refleks soalnya Al nggak lancar bahasa Inggris... takut salah tadi" ALmira mendekati Indri. Dipeganginya bahu Indri. Canggung. Baru kali ini Almira melihat guru lesnya itu menangis. Padahal dulu dimarahi ayahnya Almira, Indri begitu tegar. Ada apa gerangan?

Sepuluh menit berlalu. Almira hanya terdiam menyesali kejadian tadi. Indri mulai tenang dan berhenti menangis. 

"Kak Indri... maafin Almira... Kang Nunu marah banget ya? Dikiranya kita main-mainin dia.." Almira membuka pembicaraan. 

"Oh, nggak apa-apa Al. Kita lanjut belajar iqro aja gimana?" Indri mengalihkan perhatian ALmira yang sudah kehilangan mood

"Kenapa sih artis itu sombong. Padahal kita kan cuma nge-fans... apa salahnya kita? Dia aja yang kegantengan. Kemarin waktu aku dan Ayu nelpon dia baik-baik aja tuh. Sekarang kenapa marah-marah sama Kak Indri sampai nangis begitu." Almira kecewa. Dipeluknya erat-erat boneka beruang pink kesayangannya.

"Almira...kamu jangan sedih ya. Sepertinya tadi itu bukan Keanu Reeves dech... " Gantian Indri yang mengelus bahu Almira. Disingkapkannya rambut ikal dan lebat milik Almira, yang menutupi wajah Almira dalam posisi menunduk. 

"Apa Kak? Masa sih? Itu kan AL dapet dari Papa waktu Kang Nunu datang ke Petronas. Waah Papa bohongin Almira berarti. Trus tadi nomor siapa dong?" Almira terperanjat. Wajahnya kini buru-buru menghadap Indri. 

"Al... jangan kaget gitu dong. Lebih baik nanti Al tanya aja sama Papa yah! Sebenarnya nomor siapa yang diberikan ke kamu tapi jangan sekarang yah nelpon Papanya, kita harus lanjutkan iqro 5 dulu" Indri menenangkan. 

Almira pasrah. 
Tekadnya dalam hati, setelah les baca iqro selesai dia akan membuat perhitungan dengan Papanya. Tega-teganya Papa membuat jebakan Batman.  

Sebbel.... 

Pelajaran selesai. Indri pamit pulang. Almira langsung menyambar handhonenya dan... 

"Assalamu'alaikum Papa... Almira kecewa sama Papa! Kenapa Papa bohongin Almira soal nomor handphone Kang Nunu... Papa jahat! Tadi Kak Indri dimarahin sama orangnya tuh... siapa sih dia kok bisa-bisanya bikin Kak Indri Nangis.... kasar kali ya Pa bahasa dia" Almira menceritakan kejadian anehnya kepada Sang Ayah. 

Pak Darwis tertawa terbahak-bahak. Lalu berkata, "Papa tidak bermaksud jahat Al. Kalau Almira yang cantik ini tidak percaya, silahkan buktikan sendiri, lihat orangnya langsung. Namanya Giwa. Persis 99% mirip Keanu Creepes... " Pak Darwis melanjutkan tawanya. 

" Tuuh kaan Papa memang jahat! Nama Kang Nunu dirubah-rubah seenaknya. Creepes itu kan makanan Pa.. Reeves... Keanu reeves... " Almira menjawab sambil menangis. 

"Iya maaf sayang. Yasudah, nanti Papa janji akan mempertemukan kamu dengan Giwa. Staff Papa yang baru. Bulan depan dia balik ke Jakarta untuk wisuda. 

"Jadi... Giwa itu nama staffnya Papa? Ya ampuuun pantesan nggak ada di kamus English" 

(Bersambung)






6 comments: