Monday, March 28, 2016

Perkenalkan : "Aku Seorang Pencuri" (7)



Almira masih berdiri di teras depan rumah Key sambil menunggu negosiasi Key dengan Mamanya. Kemudian handphonenya berbunyi.
"Al.. kamu dimana sekarang?" Tanya Ayu
"Aku di rumah Key sekarang..." Jawab Almira.
"Almiraaa...! Gila loe! Ngapain ke rumah Key? Nada Ayu mulai naik.
"Gue bingung Ay... mau kemana lagi, Papa udah pulang dari Malaysia. Gue nggak mungkin pulang ke rumah kan Ay...?" Almira menjelaskan.
"Emang dech loe kalau lagi keluar onengnya begini. Gue kasih kunci mobil gue dengan sukarela buat loe kabur... itu artinya loe pulang duluan ke rumah gue Almiraaa...gue lagi di taxi sekarang bareng Gion!" Balas Ayu dengan gregetan.




Almira baru tersadar. Kenapa tidak pulang ke rumah Ayu? Oh My God!!!

"Almira, ayo masuk...!" Ajak Key setelah berhasil menjelaskan kronologi kejadian malam itu kepada Sang Mama.
"Oh iya Key.." Jawab Almira sambil menutup telpon dari Ayu. Pembicaraan dengan sahabatnya terputus.

Almira kemudian mencium tangan Mama Key dan masuk ke rumah pacarnya itu.
"Kamu tunggu di sini ya, Mama mau siapkan minuman hangat.." Kata Mama Key
"Enggak usah repot-repot Tante.." Jawab Almira basa-basi.
Mama Key langsung menuju dapur.

"Key... kita salah! Harusnya kamu antar aku ke rumah Ayu! Sekarang Ayu sama pacarnya udah di jalan pulang ke rumahnya naik taksi sama Gion" Kata Almira cemas.
"Ya ampuuun!!! Kenapa baru bilang sih Al... " Jawab Key kecolongan.
"Key... bisa antar aku ke rumah Ayu sekarang?" Pinta Almira.
"Apa? Sekarang?? Ini udah jam 1 malam Almiraa...Aku juga capek banget... jarak Bogor-Jagakarsa kan lumayan jauh Al... " Jawab Key.
"Yaudah aku nyetir sendiri aja" Almira mengambil keputusan, tentu dengan bibir cemberut.

Dan untuk kesekian kalinya Key menuruti keinginan Almira. Mama Key hanya bisa terbengong-bengong sambil memegang nampan berisi dua gelas teh manis hangat yang tak sempat dihidangkan. Key memaksa Mamanya untuk mengizinkan dia pergi. Jika malam ini Almira menginap di rumahnya jelas ini memperkeruh situasi. Ayah Almira pasti murka. Untunglah Ayu cerdas. Begitu pikirnya sampai akhirnya Key rela mengantar Almira jam 1 malam menuru Cinere. Bukan ke rumah Almira lah ya... itu namanya bunuh diri! Jelas ke rumah Ayu! Masa lupa... hehehe.. Kebetulan cluster rumah Ayu bersebelahan dengan rumah Almira. Ini harus bergerak cepat sebelum keduluan Papa Almira.

DI RUMAH ALMIRA
"Hallo... kantor polisi?" Papa Almira segera menelpon pihak berwajib segera setelah sambungan telpon terputus (Ingat kan Kang Udin yang mencabut kabel telpon? Yang mengira Papa Almira adalah hantu genderewo yang iseng menelpon tengah malam hendak merebut hantu remaja bernama Almira?) Nah, hal ini membuat Papa Almira semakin menggarang (bukan karena genderewonya ya..tapi karena curiga siapa tau penculik Almira adalah laki-laki bernama Udin! nggak keren banget ya kedengarannya..hihihi) dan tanpa pikir panjang lagi Papa Almira segera menghubungi polisi. Itulah tindakan yang paling rasional saat ini.

"Bik... Saya pergi dulu!" Kata Papa Almira sambil mengenakan jaket kulit warna hitam bersiap menuju kantor polisi terdekat.
"Iya Tuan... hati-hati" Jawab Bibik pasrah. 

Setibanya di kantor polisi dan tak lupa membawa surat terakhir Almira beserta nomor telpon misterius dari Si Penculik bernama Udin, Papa Almira menjelaskan kronologi hilangnya Almira kepada polisi yang sedang bertugas malam itu. 
"Baik Pak.. Kami akan segera menuju TKP! Data lokasi sudah kami dapat. Untunglah ada nomor telepon yang bisa dilacak. Bapak mau ikut?" Kata Pak Polisi.
"Tentu Pak, Saya harus ikut! Penculik anak saya harus diberi pelajaran setimpal!" Jawab Pak Darwis.
Malam itu mereka langsung menuju "Pondok Puteri", Srengseng Sawah, Depok. 

"Pa... ini Mama... Almira ada Pa..! Dia menginap di rumah Ayu! Maaf ya Pa.. Mama lupa bilang ke Bibik karena Mama saking paniknya denger kabar bahwa Eyang kambuh lagi" Suara isteri Pak Darwis memecah kesunyian di tengah perburuan menuju TKP. Mobil polisi yang sudah sampai di Halte Jembatan Biru, akhirnya putar balik kembali ke kantor. Padahal tinggal sedikit lagi menuju "Pondok Puteri". 
HAMPIR SAJA. Kang Udin masih beruntung malam ini. Coba kalau enggak? Dia bisa pingsan melihat genderewo datang... eh salah.. polisi maksudnya!

"Aduh Pak.. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian ini. Maaf jadi merepotkan tengah malam begini.." Kata Pak Darwis sesampainya di kantor polisi.
"Tidak apa-apa Pak, itu sudah kewajiban kami! Yang penting anak Bapak sudah ditemukan. Lebih baik Bapak segera pulang dan istirahat." Kata Pak Polisi.
Bergegas Pak Darwis kembali ke rumah ditemani Alphard hitamnya. Dan setibanya di rumah dia langsung menuju kamar lalu tidur. Besok pagi sidang kasus hilangnya Almira harus dia usut sampai tuntas. Kejanggalan ini tentu tidak akan lolos begitu saja bagi seorang Frankenstein. Surat dan nomor telpon misterius adalah dua barang bukti valid untuk menyandangkan status ALMIRA sebagai seorang TERSANGKA!

DI RUMAH AYU.
"Makasih ya Ay... loe penyelamat gue... kalau bukan karena loe, mungkin malam ini gue sudah habis di tangan Papa" Kata Almira kepada sahabat tercintanya itu.
"Lain kali kalau berurusan sama Si Yuli sebaiknya loe diem aja. Ngapain dilawan sih? Loe tau kan Si Yuli tuh nggak bakalan baik sama loe sampai kiamat juga. Loe kadang ambil keputusan sendiri sih. Sama kayak waktu dulu loe jadi rivalnya Yuli waktu kontes modelling dan loe menang. Dia dendam banget tau nggak sih... makanya jadi orang jangan terlalu polos dech Al... Ah capek banget malam ini... gue pengen tidur.. " Ayu menasehati sahabatnya itu. 
Almira hanya bisa tertunduk lemah. 
"Hey... Almiraaa... kok malah bengong! Hadeuhh... ayo kita tidur!!!" Kata Ayu sambil menarik tangan Almira menuju kamarnya.

Ayu berhasil melobi. Saat malam itu Ayu menelpon Mama Almira yang masih terjaga menemani Eyangnya Almira yang sedang tergolek sakit. Jika rencana ini meleset satu detik saja... bisa kacau urusan! Alhamdulillah, Ayu akhirnya bisa tertidur lelap. Skenario cerita sudah dia siapkan dengan sangat apik untuk melawan Pak Darwis besok pagi. Semoga lancar. 
Almira sudah terlelap.
Ayu memandang sahabatnya itu dengan penuh kasihan. 
Dan sebelum terlelap Ayu sempat berfikir...

"Hmm... ternyata aku berbakat jadi sutradara... hehehe"

GOOD NIGHT ALL....

DI VILLA GUNUNG SINDUR, PUNCAK BOGOR.

Ooh generasi yang hilang...
Korban perang peradaban..
Apa arti ilmu pengetahuan..
Tanpa takwa dan iman..

Ada yang tau cuplikan lirik nasyid di atas?
Itu nasyid Izzatul Islam atau dulu dikenal dengan sebutan IZZIS... awas hati-hati.. "Z"nya jangan diganti "S"... nanti bisa datang densus 88... (untunglah kala itu blm ada) . Silahkan lihat di yutube buat yang belum kenal. Apalagi anak-anak sekarang...

Saya mau lanjutin cerita, boleh?
Oke...

"Lusi... gimana taushiyah ustadz Ali, lancar?" Tanyaku kepada Lusi.
"Lancar.. ini lagi sesi tanya jawab, peserta Alhamdulillah antusias dengan materi pergaulan remaja" lanjut Lusi

Aku bisa bernafas lega. Acara PARIS kali ini berjalan sukses. Aku sengaja menenangkan diri di kamar. Lelah sangat. Kuletakkan handphone yang dipinjamkan Indah padaku. Maklum PJnya belum punya handphone. Alamat susah koordinasi jika hanya dengan teriakan. Akhirnya aku bisa menjalankan amanahku dengan sisa-sisa tenaga dan kekuatan. Handphone ini sangat membantu untuk memonitor teman-teman panitia yang lain.
Nasyid IZZIS yang tengah kudengarkan.. aku gubah sendiri seiring pikiranku yang teringat Almira...

Ooh Almiraku yang hilang
Korban salah pergaulan
Apa arti harta dan kekayaan 
Tanpa takwa dan iman... 

"Ind... buka pintu cepat..!!" Teriak lusi.
Baru saja aku ingin mencuri waktu untuk sedikit terlelap... tidak berhasil!
"Ind... kamu udah denger belum kabar dari Bang Alif Ketua Rohis UI?"
"Aduuh Lusi... stop membuat tebak-tebakan terus dech... dari awal berangkat.. kamu selalu membuat aku jantungan.." Kataku sambil membuka pintu.
"Ind.... korban begal kemarin malam... itu..itu... ternyata Kang Giwa...!!" Lusi pelan-pelan memberitahuku.
"Appaa? Kang Giwa? Muhammad Giwana?"
Innalillaahi....
Seketika itu semua GELAP.
Aku pingsan untuk kedua kalinya.

Bersambung...

Pesan penulis : Peace... hehe








8 comments:

  1. sebelum ini, aku ada yg kelewat ga ceritanya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baca di kisah pencuri 3,4,5,6 dulu ya mba... kisahnya nyambung teruus...

      Delete
    2. Baca di kisah pencuri 3,4,5,6 dulu ya mba... kisahnya nyambung teruus...

      Delete
  2. sebelum ini, aku ada yg kelewat ga ceritanya?

    ReplyDelete
  3. Haaaa lagi...lagiii... kang giwa mati,kritis?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kang giwa kan udah meninggal... ditusuk begal... "ditemukan mayat seorang mahasiswa..." naah kan... hayoo... nantikan kisah Kang Giwa... lelaki berwajah teduh yang bernyali kerdil... hehehe.

      Delete
  4. In yang ditunggu. Sblm tamat skan selalu penasaran

    ReplyDelete
  5. daku slalu stand by and menyimak dengan hikmad dan seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya

    ReplyDelete