Tidak pernah terpikir jika kebiasaan "unik" ini terulang lagi. Bukan kebiasaan "buruk" ketika sesuatu itu bersifat spontanitas. Tapi hadir di acara Pekan Ilmiah Tahunan dan Seminar serta Lokakarya Nasional KARS V Tahun 2019 (PITSELNAS Komisi Akreditasi Rumah Sakit V) dengan tanpa perencanaan jauh-jauh hari membuatku sedikit nakal. Ya, nakal karena mengetuk adrenalin bekerja keras dan tentu merayu pertolongan-Nya untuk datang di detik-detik terakhir.
Akhirnya masuklah aku sebagai peserta dengan pembayaran onsite yang tentu harganya menjadi udema seketika. Gedung Jakarta Convention Center (JCC) yang begitu megah dan mewah disulap menjadi tempat berkumpulnya para pejuang marketing alat kesehatan. Ada sekitar 37 ekshibitor yang siap menjaring peminat yang tak lain adalah mereka para pemegang kebijakan di Rumah Sakit se-Indonesia. Saat pertama kali masuk, mata ini sudah dibuat tergoda melihat demo mobil ambulance advance yang sengaja diletakkan di depan pintu utama. Memasuki ruang pameran KARS Expo, tertata rapi kubikel-kubikel menarik yang siap dijambangi. Duh, bingung memilih yang mana ? Haruskah aku datangi satu persatu ? Gimmicknya lucu-lucu ! Tapi, agenda seminar jauh lebih penting untuk saat ini dibanding berburu tas dan gimmick cantik. Eh, maksudnya berburu info produk terbaru.
Dengan stelan hitam-hitam, aku berjalan dengan percaya diri, berharap aku terlihat lebih formil dan lebih meyakinkan seperti peserta lainnya yang serba "hitam-hitam", gagah dan terlihat begitu berwibawa. Mereka adalah para surveyor yang terhormat. Berjalan dengan langkah khas para petinggi ilmu yang rata-rata tinggi usia, melewati stand pameran, menyapa hangat kolega-koleganya, berfoto selfie dan wefie di photo booth atau dimanapun mereka bertemu. Di area pameran poster inovasi dan penelitian hasil karya Rumah Sakit, di ballroom utama tempat seminar dan workshop instrumen akreditasi terbaru bahkan di antrian restroom pun tak membuat mereka jengah untuk bertegur sapa. Suatu pemandangan yang hangat. Tawa riang, pekikan senang, candaan girang menyiratkan jiwa-jiwa yang ingin lepas dari rutinitas tugas. Aku tersenyum simpul.
Pertama memasuki ruangan ballroom, terharu mendengar suara Ibu Menkes yang sedang memberikan kata sambutan sekaligus membuka acara. Dilanjutkan dengan rangkaian seminar yang bertemakan "Akreditasi Rumah Sakit di Era Revolusi Industri 4.0". Acara ini berlangsung selama tiga hari dari tanggal 5 sampai dengan 7 Agustus 2019, dengan pembagian materi yang padat meliputi tiga sidang pleno di hari pertama kemudian besoknya ada tiga menu menarik yaitu free scientific paper podium, lomba pengembangan aplikasi IT terkait akreditasi dan lomba video simulasi akreditasi dan marketing RS terkait akreditasi yang berisi inovasi-inovasi terkini. Hari terakhir diisi dengan workshop survei terfokus pada pelayanan beresiko tinggi. Semua lengkap di dalam buku standar dan instrumen SNARS edisi 1.1 yang tak luput diborong habis oleh ratusan peserta. Wow! KARS memang luar biasa.
Aku senang tak terkira! Di sela-sela acara aku bertemu dengan para surveyor yang baru saja menilai RS dimana aku sekarang bertugas yaitu RSUD Kebayoran Lama. Aku pertama kali bertemu dengan surveyor medis, Bpk. dr. Rahaju Budhi Muljanto, Sp.KJ di pameran poster. Kemudian bertemu dengan Ibu drg. Ida Irmawati, M.Kes surveyor manajemen dan terakhir aku bertemu di ballroom dengan surveyor paling spesial yaitu Ns. Bayu Hendro Hastanto, S.Kep yang membidangi keperawatan, yaitu bidang yang menjadi amanahku sekarang.
Tak disangka pula, aku bisa bertemu dengan surveyor yang menjadi pembimbing dan penilai dalam survey simulasi (Sursim) akreditasi, yaitu Ibu Siti Rochmani,S.Kep,M.Kes dan Ibu Rohani Azis, S.Kep,M.Kes. Jadi, lengkap sudah silaturohim dengan semua surveyor yang membimbingku dalam akreditasi kemarin.
Banyak sudah bekal yang bisa aku bawa pulang ke RS nanti. Selain ilmu baru juga inovasi-inovasi unik yang bisa direplikasikan di RS aku, yaitu :
1. Inovasi dari RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto yaitu "Tele Apik" (Teyeng Ndeleng Antrean Pendaftaran dan Poliklinik) yang artinya "Dapat melihat antrean pendaftaran dan poliklinik". Inovasi ini selain bermanfaat bagi pasien yang akan berobat dengan pendaftaran online dengan jam layan, juga sangat efektif dalam meningkatkan ketepatan waktu praktek para dokter spesialis. Aplikasi ini sudah terintegrasi dengan e-medical record. Mantap Betul!
2. Inovasi menarik dalam pencegahan resistensi antimikroba dari RSUD dr. Iskak Tulungagung yaitu "Marmer" (Mencegah Resistensi Antimikroba melalui Efisiensi Restriksi), sangat bagus karena terbangun komitmen bersama dari para dokter dan seluruh tenaga kesehatan dalam mengendalikan penggunaan antibiotik yang rasional. Keren ini, bisa dicontoh!
3. Inovasi "Gancang Aron" (Gugus Antisipasi Cegah Antrian PanjaNG dengan AntaR Obat ke rumah Pasien) dari RSUD. Blambangan, Banyuwangi yang juga masuk ke dalam lomba inovasi SINOVIK Top 40 tahun 2018. Apalagi yang ini, sangat mudah untuk direplikasi!
4. Inovasi "KOMPAK MUTU" dari RSUD dr. Iskak Tulung Agung yang mengoptimalkan peran MPP (Manager Pelayanan Pasien) dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan cara mempertemukan DPJP yang lebih dari satu yang menangani pasien penyakit kompleks sehingga kolaborasi lebih baik dan terapi tidak overlap. Ini juga bagus sekali karena peran MPP di RSUD Kebayoran Lama sedang mulai dikuatkan.
5. Inovasi dalam mengurangi sisa makanan pasien di rawat inap anak dengan pemberian garnish dan pengolahan data dengan metode Comstock di RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo, Makasar. Waah, garnishnya lucu-lucu, dicetak menyerupai boneka, wajah tersenyum dan bentuk unik lainnya, warna-warni sudah pasti menarik mata. Selain itu, salah satu parameter KPI-ku sebagai Kasie Kepjangmed bisa meningkat dengan inovasi ini.
Itulah lima inovasi yang bisa diterapkan di RS-ku, karena paling memungkinkan dan paling dibutuhkan untuk saat ini. Inovasi lainnya bisa dipilih-pilih lagi di laman pitselnas.com dan kars.id untuk mengunduh materi workshopnya.
Semakin semangat untuk Continuous Improvement di era disruptif dan era 4.0 ini, karena sejatinya perubahan adalah sebuah proses dan kesuksesan bukanlah sebuah hadiah.
Kata-kata bijak dari paparan Ketua PERSI yang dikutip dari Albert Einstein menutup acara dengan sangat elegan yaitu, "Cobalah untuk tidak menjadi manusia sukses tetapi manusia bernilai". Bagiku hal ini sejalan dengan hadits Nabi, "Khoirunnaas anfauhum Linnaas" , sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.