Thursday, April 7, 2016

"Muhammad Giwana Sang Ksatria" (3)



Sore itu Bikun belum lewat juga.
Giwa duduk manis di halte Jembatan Biru Universitas Indonesia.
Halte yang berada persis di depan sebuah bangunan Pusat Kegiatan Mahasiswa atau disingkat PUSGIWA. Tuuh kaan nama Giwa disebut lagi..... Giwa itu memang sesuatu yah.

Aku Muhammad Giwana.
Aku berfikir keras tentang titah Sang Ketua BEM. Mengerahkan massa untuk aksi tanggal 10 Pebruari nanti. Saat itu anak mahasiswa PMDK tengah mengikuti matrikulasi. Sebagian besar mahasiswa PMDK berasal dari daerah, sehingga tak kaget jika asrama adalah pilihan mereka untuk menitipkan diri selama kuliah di UI. Kenapa? Karena biaya sewa asrama lebih murah dibanding dengan tempat kost. Waktu itu biaya asrama masih 50 ribu per bulannya. Belum lagi keringanan pembayaran yang fleksibel. Mahasiswa yang kurang mampu atau memang yang suka telat bayar asrama masih bisa berlenggang tenang di sini. Palingan dipanggil sama Ibu Mar terus dinasehati. Siap-siap aja dech, bagi yang sering nunggak uang asrama akan selalu dikenal sepanjang hayat oleh Bu Mar. Pernah saat itu aku kaget setengah mati saat ada kunjungan alumni asrama yang sudah lulus kuliah dan menjadi orang sukses. Bu Mar menyapanya begini :

"Eeeeh.... Ada Guntur.... Waah sudah sukses kamu sekarang yah. Jangan lupakan asrama lah, sering-sering maen ke sini. Bawain Ibu pempek gitu loh. Inget nggak dulu kamu paaaling sering nunggak uang asrama gara-gara uangnya kamu pake buat pacaran.. Hayoo.... "

Bu Mar menyapa Guntur Yuliandra, lulusan anak teknik sipil yang sudah sukses menjadi kontraktor papan atas, kala itu mampir ke asrama pasca reuni dengan anak sipil seangkatannya.

Malu nggak tuh? Diingat Bu Mar kayak gitu....
Saat itu yang disindir cuma bisa tertawa terbahak-bahak. Ya begitulah kentalnya kekeluargaan di asrama UI. Tidak ada yang disembunyikan. Ngomong-ngomong soal sembunyi, ada kejadian lucu nich. Jadi waktu itu ada razia alat-alat elektronik di asrama. Mahasiwa dilarang membawa alat elektronik selain radio atau tape recorder. Kalau kipas angin dan teko listrik atau water heater sih sudah lumrah menjadi barang inventaris wajib bagi kami. Nah, ada temen yang ketahuan bawa tivi. Akhirnya itu tivi dibungkuslah dalam kantong kresek hitam dibawa ke gudang atas asrama. Gudang tempat binatu atau tempat cuci-mencuci. Tivi yang sudah dibungkus tadi kemudian disembunyikan diantara tumpukan baju kotor. Alamaak... bukan untung malah buntung. Waktu razia sih sukses nggak ketauan. Tapi pas besoknya kelupaan ambil di gudang! Apa yang terjadi?

"Waduuh... ini rezeki.. mbak yu aku dapet doorprize nich.. tivi lho mbak yu..tivi..! Alhamdulillaah selama 5 tahun aku kerja jadi tukang cuci baju di asrama ini, akhirnya dapat rezeki nuomplokk..." Begitu kata Mba Sarinah, tukang cuci asrama.

Dan lucunya... yang ngumpetin tivi nggak mau ngaku. Malu! Wong sugih kok ya tinggal di asrama. Sampai bisa beli tivi begitu. Memang sudah rezekinya Mba Sarinah... biarkanlah.
Itulah kisah unik asrama. Belum lagi kisah mistis sampai kisah romantis ada di sini. Lengkap dech pokoknya. Kapan-kapan aku ceritain lagi.

Eh, Bikun datang!
Segera aku naiki kendaraan yang aku tunggu-tunggu itu. Otakku tetap bekerja memikirkan bagaimana cara mobilisasi massa untuk aksi nanti.

                                                               *******************

Minggu malam di Asrama UI pukul 20.00 BBWI

"Selamat datang Saya ucapkan kepada kalian semua, mahasiswa baru yang telah beruntung masuk UI melalui jalur penelusuran prestasi atau PMDK. Saya selaku Ketua Penghuni Asrama mengucapkan selamat bergabung di tempat yang istimewa ini, tempat yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai jutaan asa dan karya. Asrama telah melahirkan ratusan orang sukses. Semoga kalian adalah salah satunya nanti."

Itulah sambutan KPA, Ketua Penghuni Asrama, Safri Syahbuddin yang menyambut kedatangan mahasiswa PMDK sehari setelah mereka tiba di asrama untuk persiapan matrikulasi.

Mataku mencari-cari.
Sudah tahu kan siapa yang aku cari? Ya Si Candy lah... siapa lagi.
Yes, ada!

"Assalamu'alaikum, Indri..." Sapaku setelah acara penyambutan selesai. Aku langsung menghampiri Indri yang saat itu tengah berjalan melewati kantin menuju gedung A bersama dua orang temannya. 

Kalau masih area kantin itu zona biru, kecuali sudah memasuki Gedung A alias gedung cewek itu sudah zona merah. Sangat dilarang hukumnya anak cowok masuk ke Gedung cewek dan begitupula sebaliknya. Kecuali pas kejadian air di Gedung A mati total. Itu cewek-cewek pada numpang mandi di Gedung cowok. Tentu dengan pengawalan ketat pihak asrama. Tetep aja mereka yang menikmati "kebebasan" merasakan sensasi berbeda. Soalnya bisa melihat cewek-cewek lewat di koridor cowok itu rasanya gimanaaa gitu. Padahal cuma lewat doang. Memang yah kelakuan! Tapi tenaaang.... sebagian besar cewek yang lain pada numpang mandi di kost-an temennya kok. Mereka yang punya rasa malu dan menjaga dirinya masih banyak di sini.

"Eh, Kang Giwa, wa'alaikumussalam" Jawabnya sambil tersenyum.

"Iya... Ohya kamu dapat kamar di lantai berapa, Ind?" Tanyaku

"Aku dapat kunci A2-16. Berarti lantai dua ya Kang? Nomor 16. Begitu bukan?"

"Iya. Benar begitu. Ohya kalau kamu butuh bantuan atau ada yang mau ditanyakan bisa telpon Akang"

"Tapi aku kan nggak punya handphone, Kang.."

"Pake intercom, adik manisss.... tekan aja B1. Akang tinggal di gedung B lantai 1."

"Oh intercom... iya atuh nanti aku coba. Tapi Kang, emangnya Teteh-teteh perempuan yang di asrama pada kemana? Kok tadi nggak ada ya?"

"Oh mereka lagi pulang kampung. Kan ini libur panjang. Tapi biasanya ada juga kok yang suka mampir atau mereka yang ambil perkuliahan semester pendek. Mungkin mereka belum pulang atau gimana, kan ini hari Minggu. Coba dech besok pasti ada yang pulang ke asrama. Kamu bisa kenalan sama mereka ya"

"Iya Kang, daripada aku ngerepotin Akang terus, mendingan aku tanya ke Teteh-Teteh yang di sini aja. Hehe"

Okelah kalau begitu, Candy. Tapi kalau aku yang menelponmu jangan lupa diangkat yaa.... #eeeaaa


                                                  ***********************

Mahasiswa matrikulasi itu terbagi menjadi dua. Ada yang matrikulasi penuh dan ada yang sebagian. Mereka yang lulus test Bahasa Inggris tidak diwajibkan mengikuti matrikulasi Bahasa Inggris. Sedangkan yang lulus Eksakta tidak diwajibkan mengikuti matrikulasi Eksakta (Matematika, Kimia dan Fisika). Adakah yang mengikuti keduanya? Ada. Yang tidak mengikuti kedunya juga ada. Cuma buat mereka yang jenius aja tuh! Karena ternyata soal matrikulasi itu adalah soal-soal perkuliahan, bukan level SMA. Ya sudah, selamat dech.

Jadi, ada kans nich buat merekrut anak-anak yang harinya libur matrikulasi untuk bisa ikutan aksi. Gotcha! 

KAMIS MALAM DI ASRAMA UI

"Kalian pasti bertanya-tanya kenapa kalian dikumpulkan malam ini? Bukan acara penyambutan lagi. Tapi ini adalah acara konsolidasi dan sosialisasi. Jadi begini teman-teman. Kalian tentu tahu tentang kenaikan biaya SPP yang mulai berlaku kemarin kan? Nah, kami disini mengajak kalian untuk mengeluarkan aspirasi kalian tentang kebijakan ini. Tentu kalian tidak setuju, bukan? Pastilah. Tapi untuk kalian yang dari keluarga mampu, ini tentu bukan masalah. Disini kita tidak bicara siapa yang mampu dan siapa yang tidak, tapi kita harus mendukung kebijakan yang berpihak pada mahasiswa secara umum. Bagaimana, mari kita mulai diskusi kita malam ini!"

Demikian orasi dari KPA. Tentu setelah aku lakukan pendekatan atau lobying kepadanya. SUKSES!
Diskusi berlangsung panas. Anak-anak baru ternyata cerdas dan kritis. Masih labil, gampang diprovokasi. Ini kesempatan. Makanya, aku dan juga temen-temen aktivis asrama berusaha memberikan provokasi yang baik untuk mereka. Aksi? Ya, salah atunya. Mahasiswa itu kalau belum pernah turun ke jalan itu bukan mahasiswa namanya! Semangat Arief Rachman Hakim harus kita teruskan, kawan!!!

Akhirnya didapat data anak-anak baru yang bersedia ikut aksi tanggal 10 Pebruari besok. Dan betapa kagetnya aku melihat satu nama yaitu : Indriana Larasati. Kenapa dia ikut-ikutan segala? Nahloh... Giwa.. katanya tadi... kok? Pilih kasih ini namanya! 

Bukan, bukan pilih kasih. Tapi aku tidak menganjurkan cewek ikutan. 

"Sorry, Wa. Karena cowoknya sedikit yang bisa ikut, jadi tadi aku bolehin cewek ikutan juga. Sorry... tapi nggak apa-apa kan Wa?" begitu kata Amran wong Nganjuk memberikan alibinya.

"Ah kau ini... kita kan udah sepakat yang diambil cowok aja! Bukan apa-apa, ini kan MABA (Mahasiswa Baru) musti hati-hati. Apalagi cewek, siapa yang jagain nantinya? Mana temen-temen kita yang cewek pada belum balik dari kampungnya lagi... ini runyam urusan!" 

"Yaudah aku nanti telpon Fitri dech... biar dia dampingin aksi besok. Fitri kan rumahnya di Bekasi... deketlah"

"Iya, kalau dia mau. Kalau enggak? Atau dia lagi ada acara, gimana?" Jawabku kesal.

"Oke dech, Wa. Nanti aku yang tanggung jawab dech... aku yang jagain mereka juga ndak apa-apa... ikhlas"

"Lambemu, Mas! Siapa juga mau kali kalau disuruh jagain cewek-cewek polos dan manis-manis. Mereka belum tau aja lelaki nakal koyo sampeyan..." Aku melempar guyonan.

"Aaah kamu, Wa. Paham lah... nanti kita bagi rata itu gampaang" Amran tertawa.

AKSI MAHASISWA

"Kepal Jari Jadi Tinju... UI..UI..Kampusku...UI...!!!" Riuh gemuruh suasana aksi.
Mataku tetap mencari-cari..
Siapa lagi? Si Candy lah..
Yes! Dia aman...  di samping Fitri yang berhasil dirayu Amran untuk mendampingi aksi MABA.

Wahai Kalian yang Rindu Kemenangan...
Wahai Kalian yang Turun ke Jalan...
Demi Mempersembahkan Jiwa dan Raga..
Untuk Membela Mahasiswa... 

Orasi demi orasi dilantunkan secara lantang. Aman dan bersahabat. Pihak rektorat hanya memandang dari balik jendela kaca keangkuhan mereka. Biar saja. Nanti juga kami diajak bicara. 

Betapa kagetnya ketika tiba-tiba terdengar seruan aneh dan bukan dari kelompok aksi kami. Ini tidak ada di protap dan juklak aksi damai kami... ketika itu ada yang berteriak... " Bakaaaar... Bakaaar... Rektorat Anjing... Penjilat... Pengecut... Bakaaaar...!!!"

Oow... Celaka! 
Aksi kami disusupi golongan kiri. 
Oh, Candy... pasti dia panik setengah mati! 

"Satu Komando Satu Perjuangan...!" Berkali kali kami meneriakkan itu untuk menetralisir dan mendeteksi siapa penyusup yang kurang ajar. Komando tadi akan diikuti dengan genggaman tangan tanda satu komando perjuangan."

Ketua BEM UI, Wisnu Perdana segera mengambil tindakan. Dalam kepanikan anak-anak baru yang menjerit-jerit melihan ban terbakar dan teriakan kasar para penyusup, kami agak sedikit kewalahan. Jepretan kamera dari koran MAKARA berhasil mengabadikan moment tak sedap dipandang mata itu.

Sialan...!!! 
Kelompok kiri memang bisanya bikin rusuh!!!

Ketegangan mereda setelah Ketua BEM UI melakukan negosiasi dengan kelompok kiri. Alhasil aksi kali itu tak sedamai yang kami rencanakan. Kami semua langsung membubarkan diri. 

PR-ku kali ini : Menenangkan anak-anak asrama dari kejadian traumatis tadi... 
Aaakuuu lagi... (pake gaya Mail di Upin Ipin)
Muhammad Giwana... nasibmu malang nian... 


ASRAMA UI

"Kami harap kejadian tadi tidak membuat takut apalagi trauma... itu biasa dalam suatu aksi" Begitu aku mengakhiri penjelasan perihal kejadian aksi yang gagal tadi. 
Semua orang kembali ke kamarnya masing-masing.

"Hallo... bisa bicara dengan Indri? A2 No. 16." 
"Iya.. dari siapa?"
"Giwa.."
"Oh.. Kamu, Wa.. bentar yaa..aku panggilin dulu, anak baru,kan?"
"Iya.. dia adik kelasku di SMA.."
"Oooh... oke.. bentar ya!"

Aku memberanikan diri menelpon Candy melalui interkom. Saat itu yang menerima telponku, Fitri. Aku kenal suaranya. Dia agak heran dengan aku. Jarang-jarang Giwa nelpon cewek. Mungkin begitu pikirnya.

"Dengan Indri..?"

"Iya Kang.. ada apa?"

"Kamu nggak apa-apa kan, Ind? Maaf ya dengan kejadian aksi tadi pagi"

"Oh, iya Kang, serem. Saya takut Kang. Kok kayak gitu ya? Serem banget.. "

"Jangan takut ya, kan Akang dan temen-temen Akang pasti jagain kalian semua."

"Iya sih.. tapi Saya kapok ah Kang... nggak mau ikutan aksi lagi..."

"Iya nggak apa-apa. Hmm... Kamu kapan pulang ke Sukabumi?"

"Belum tau Kang... sepertinya nanti saja selesai matrikulasi..."

"Ooh.. nanti kabari Akang yah kalau mau pulang!"

"Lho.. emang kenapa Kang?"

"Oh... siapa tau Akang juga mau ke Sukabumi.. jadi kita barengan aja.. Akang kuatir kalau kamu pulang sendiri.."

"Kenapa begituh? Saya kan udah biasa pulang sendiri."

"Enggak.. Akang masih merasa bersalah dengan kejadian aksi tadi... Akang kuatir kamu nanti ketemu sama penyusup kelompok kiri yang deketin kamu, gimana hayoo..?"

"Emang bisa? Mereka dendam gitu sama kita? Trus ngincer kita..??? Haduuh.."

"Bisa! Bisa banget! Makanya Akang bersedia jadi pengawal kamu dech... gratis.. bodyguard... Akang kan bisa ilmu bela diri Aikido..."

"Hmm... tapi Akang jadi Bodyguardnya jangan deket-deket ya... lihat dari jauh aja... Saya nggak enak kalau deket-deket sama Akang.."

"Lho emang kenapa?"

"Bukan muhrim, Kang.."

Aiiihhh.... tambah kesengsem dech aku dengan Si Candy-ku ini.
OKE, akan kupinang kau segera biar kita bisa deket-deketan. 

(Bersambung..)








5 comments:

  1. Keren. Jadi tahu keguatan mahasiswa.
    Semakin penasaran mb..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mahasiswa begitu memang... belum afdhol kalau belum ikutan demo eh aksi

      Delete
  2. Syerem ya, kalau aksi jd begitu, Jangan ijutan lagi ah, Candy...jd mahasiswa manis aja, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nich gara2 mas Amran wong Nganjuk... jadi ikutan trauma. Kalau Kang Giwa mah baik.. dan melindungi... ahayy

      Delete
    2. Bgtu ya klo mahasiswa lg aksi ada jg pnyusup

      Delete