Memang ini judulnya geregetan!
Aku tidak pernah menghitung hutang. Tapi entah kenapa hatiku pasti merasa tidak tenang. Ini bukan hutang uang. Ini hutang posting tulisan dalam rangka ODOP atau One Day One Post.Tulisanku ini juga merupakan tulisan bayar hutang.
Kenapa geregetan?
Mau tahu ya?
Kenapa nggak tempe aja? Hehe.
Jadi begini kawan, seminggu ini aku sibuknya luar biasa.
Aku bekerja di Puskesmas. Tapi jangan salah, ini Puskesmas bukan sembarang Puskesmas. Padatnya aktivitas kami cukuplah menjadi alasan aku pulang di penghujung sore kadang maghrib. Kenapa tidak seperti mereka? Pulang Teng-Go? Aku juga maunya begitu. Tapi gagal maning-gagal maning. Aku nggak ngerti, son!
Farmasi adalah bagian penting dalam sebuah pelayanan kesehatan. Karena seluruh rangkaian pemeriksaan pasien pasti berujung di kami. Walaupun ada beberapa pasien tidak membutuhkan obat untuk terapi kesehatannya semisal pasien yang datang hanya meminta rujukan saja atau pasien yang tidak sakit. Kenapa tidak sakit malah datang ke Puskesmas? Oh, mungkin ingin melihat Apoteker cantik seperti aku... (Kalau mual, muntahin aja nggak apa-apa kok!). Tapi tidak jarang malah pasiennya sendiri yang mendikte dokter meminta diresepkan obat ini dan itu.
Ketersediaan obat menjadi perhatian yang sangat penting. Tahun ini adalah tahun ke-3 diberlakukannya metode e-purchasing obat. Jadi, pemesanan obat saat ini dilakukan melalui e-catalog. Aplikasi ini sengaja dibuat agar memudahkan dan juga menjunjung transparansi. Benar memang, sejak ada e-catalog obat maka harga obat menjadi seragam di seluruh Indonesia. Obat dilelang oleh lembaga lelang pemerintah yang dikenal dengan LKPP ( Lembaga Kebijakan Pengadaan barang dan jasa Pemerintah) secara itemized, yaitu lelang per item obat.
Alhasil pemesanan obat pun kepada masing-masing pemenang lelang tersebut. Dulu, kami membeli obat dengan metode pengadaan langsung dan lelang sederhana. Jadi cukup dengan menentukan siapa pemenang lelangnya, tentu melalui tahapan-tahapan proses pengadaan ya, maka dialah yang akan memenuhi semua kebutuhan obat kami. Tidak perlu pusing-pusing karena mereka yang akan mengejar waktu. Semakin cepat pemenuhan obat semakin cepat mereka dibayar. Nah, sekarang menjadi berbeda. Kami yang harus aktif melakukan pemesanan melalui e-catalog setiap hari. Namanya sistem yah, kadang suka ada masa "down"-nya karena banyak yang mengakses, kayak kamu tuh kalau lagi sedih akibat diPHPin... (apa sih? nggak gitu juga kali..). Yaudah sih ngaku aja.
Alhasil pemesanan obat pun kepada masing-masing pemenang lelang tersebut. Dulu, kami membeli obat dengan metode pengadaan langsung dan lelang sederhana. Jadi cukup dengan menentukan siapa pemenang lelangnya, tentu melalui tahapan-tahapan proses pengadaan ya, maka dialah yang akan memenuhi semua kebutuhan obat kami. Tidak perlu pusing-pusing karena mereka yang akan mengejar waktu. Semakin cepat pemenuhan obat semakin cepat mereka dibayar. Nah, sekarang menjadi berbeda. Kami yang harus aktif melakukan pemesanan melalui e-catalog setiap hari. Namanya sistem yah, kadang suka ada masa "down"-nya karena banyak yang mengakses, kayak kamu tuh kalau lagi sedih akibat diPHPin... (apa sih? nggak gitu juga kali..). Yaudah sih ngaku aja.
Belum lagi pihak penyedia yang lambat menindaklanjuti pesanan kami. Hadeuhh... bener-bener PHP dech! Pemberi Harapan Palsu... Katanya barang mau dikirim besok.. hari ini... dua hari lagi... tapi nggak dateng-dateng juga. Akhirnya kalau mereka yang tidak memberi kepastian kayak gini... cuma satu solusinya : Tenggelamkan! Begitu kata Bu Susi.
Tinggalkan saja dia, masih banyak kok yang lain yang lebih serius... Sepatu nggak? Sepaatuu dong alias sepakat dan setujuuu... Cakeupp!
Nah, jikalau obat yang dipesan belum datang juga. Disinilah peranku untuk memutar otak mencari solusi. Misalnya meminjam obat ke Puskesmas lain, meminta obat ke Sudin/Dinas dan mencari Puskesmas atau RS yang mau menghibahkan obat. Begitulah kegiatan sehari-hari seputar pengadaan obat di Puskesmas kami. Ribet yah, tapi inilah harga mahal untuk sebuah inovasi yaitu e-catalog obat. Biarlah kami jalani proses ini, lama-lama juga akan ajeg dengan sendirinya. Seperti bahtera rumah tangga, jalani saja prosesnya kelak akan ajeg dengan sendirinya. Asalkan dibangun pada pondasi yang kokoh. Hmm....
Selain masalah pengadaan obat, Apoteker juga berperan dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Apa itu pelayanan kefarmasian?
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Inilah satu sisi mata uang lainnya yang harus dikuasai oleh seorang Apoteker. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai serta satu lagi yaitu Pelayanan Farmasi Klinis.
Pengelolaan obat itu aku ringkas menjadi 8P (ini sih nggak ringkas yah... ). Apa saja itu?
1. Perencanaan kebutuhan
2. Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
7. pencatatan, pelaporan dan pengarsipan, dan
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Pelayanan Farmasi Klinis meliputi 7P, yaitu :
1. Pengkajian resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3. Pelayanan Konseling obat
4. Pelaksanaan Ronde / visite pasien (khusus Puskesmas Rawat Inap)
5. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat
6. Pemantauan terapi obat
7. Pelaksanaan Evaluasi penggunaan obat.
Kalau di benak anda masih terbayang profil Puskesmas yang jaman dulu kala. Yang ini berbeda.
Puskesmas di DKI Jakarta sudah lulus sertifikasi ISO 9001 : 2008 serta sekarang sedang proses akreditasi. Jadi, kami bekerja dengan prosedur yang jelas dan penilaian kinerja yang ketat. Inilah pula yang membuat kami tidak bisa berleha-leha.
Lalu, yang membuat geregetan apanya??
Ah masa nggak bisa nebak sih...
Dilema antara kewajiban harus menulis setiap hari dengan tingkat kesibukan di kantor yang sulit mencuri-curi waktu itulah yang membuatku:
"...geregetan duh aduh geregetan... apa yang harus kulakukan..." Lirik lagu Sherina Munaf. Tau kan? Yuuk.. nyanyikan bareng-bareng... !
Akhirnya aku endapkan saja ide dan judul tulisan yang setiap hari bergerumul di otakku.
Inilah 10 judul tulisannya :
1. Perempuan yang Kepedean
2. Co-Audit
3. Si Aya dan Jambu Air
4. Kang Giwa, Kamu Kenapa?
5. Devila-Angela : "Kenapa Minum Obat Harus Pake Air Putih?"
6. Ayam Bakar Kedua
7. Kimiwmiw yang Dirindukan
8. Saya Jadi Anak Pak Lurah
9. Please... Cukup Diam Saja!
10. Kalau Mau... Jangan Nanggung!
Penasaran kan?
Nantikan saja kehadirannya... tetap di labirintoska!
Hahahhaa...paham..paham, mbak indri.
ReplyDelete:)))...nunggu yang no 5..xixixi
Iya Uni... hutang Devilaku banyak yah... tenang aja, judul buat Devila sudah ada 5 yang baru kok.. cm geregetan aja nich blm bisa nuanginnya... hehe
DeleteBu Indri,punten masukan sedikit hehe...Untuk e-catalog obat yang melelang LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), bukan Kemenkes. LKPP bukan lembaga lelang milik Kemenkes tapi bertanggung jawab langsung ke Presiden :)
ReplyDeleteBaik bu... nanti saya edit... waah senangnya ada orang kemenkes disini biar kalo salah langsung diingatkan.. haturnuhun bu...
DeleteMbk Indri, pengelolaan obat dg ringkasan 8P-nya persis dg yg kami terapkan di tempat saya nguli. Meski beda banget bidang kita.
ReplyDeleteISO 9001 : 2008 ? Kami sudah safety food dengan mengantongi lencana ISO 22000 : 2010
#ah, kebetulan aja mungkin
Mirip ya? Jadi penasaran nich mas Heru kerja dimana... safety food that's great...!!!
DeleteWah permasalahannya sama denganku T_T
ReplyDeleteUdah ngantongi judul aja bu Ind...
Iya inet biar idenya gk hilang...
DeleteWah dapat ilmu baru dari sisi seorang apoteker.
ReplyDeleteTulisan yg mengendap tu semoga segera terealisasikan. 10 ide tulisan..
InsyaAlloh mab Wid... otewe semua minggu depan launching... hehe.
Delete