Kang Giwa (6) : "Berduka"

Sepanjang perjalanan, Giwa tak henti-hentinya meneteskan air mata. Wajah Sang adik selalu terbayang-bayang di pikirannya. Tak ada yang bisa Giwa lakukan selain berharap kabar ini adalah dusta. Giwa menguatkan hatinya berulang kali.... dan berharap saat itu ada Buroq yang bisa membawanya melesat melebihi kecepatan cahaya agar bisa segera tiba di Indonesia.

Bibir Giwa tak henti-hentinya membaca ayat Alqur'an. Sepanjang perjalanan dalam pesawat Kuala lumpur - Jakarta yang diingat hanyalah : Ahmad Juwana atau yang sering dipanggil Mamat. Adik tercinta yang kini terbaring tanpa nyawa.

Air matanya kembali menetes...

Perihh...

Muhammad Giwana Sang Ksatria

Kini...

Tengah berduka...

Inilah flash back kenangan Giwa bersama Juwa atau Mamat... percakapan antara seorang kakak dan adik yang mengagumkan.

Kenapa dipanggil Mamat?

Saat itu Giwa dan Mamat duduk di bangku kelas 2 SMP.

"Kang... aku diledekin temen-temen.."

"Diledekin apa? Bilang ke Akang siapa orangnya? Nanti biar Akang selesaikan.."

"Bukan gitu Kaang... sebenernya bukan masalah besar sih. Cuma aku aja yang merasa nggak nyaman.."

"Iya... masalah apa atuuh?"

"Kata temen-temen... aku nggak cocok dipanggil Mamat. Nggak sesuai dengan wajah katanya..."

"Hahaha... masalah nama panggilan? Masa sih soal nama aja kamu jiper gitu... kamu ini laki-laki, Mat... cuekin aja!"

"Masalahnya Kang... ini yang ngomong perempuan..geulis pisan lagi!"

"Pasti perempuan ini adalah orang yang spesial di hati kamu, kan? Hayoo ngaku aja.."

"Ah Akang... ya, gimana ya... gitu dech... boleh nggak Mamat dipanggil Juwa aja.."

"Ya boleh-boleh aja sih... mau dicoba?"

"Beneran Kang ! Mulai besok yah...Alhamdulillaah akhirnya aku nggak akan malu lagi..'

"Oke... Juwa... kita lihat besok yah..."

Alhasil Giwa dan Juwa menceritakan hasil konferensi meja bulet ini kepada Abah dan Ambu. Biar kompakan gitu..

Besoknya....

"Giwaa....!!! Air bak mandi kok belum diisi penuh juga sih... hadeuhh... Giwaa...!" Teriak Ambu memanggil Giwa yang saat itu sedang asyik di kamarnya merapikan buku-buku sekolahnya.

Juwa langsung berlari ke arah Ambu.

"Iya Ambu.. ada apa tadi?"

"Lah.. yang Ambu panggil itu kakakmu Giwa... tapi nggak apa-apalah... kamu aja Mat.. eh Juwa... ayo cepet nimba air dari sumur dan penuhin bak mandi ya... Abah mau mandi tuh.." Sahut Ambu,

Di dalam kamar sana ada seorang anak yang sedang cekikikan melihat kejadian tadi.

Lalu berikutnya...

"Giwaa...!!! Si Gagah kenapa belum dikasih makan...? Aduuh... bagaimana kalau nanti ikutan lomba... dia harus fit biar suaranya gacor..., Giwaa...!!!"

Abah memanggil Giwa yang saat itu lupa menaruh makanan untuk Jalak Suren kesayangan Abah, " Si Gagah" namanya.

Juwa langsung berlari ke arah Abah.

"Iya Bah.. kenapa Si gagah?"

"Euleuh-euleuhh... Abah kan manggil Akang kamu... Si Giwa... kemana dia? Malah kamu yang dateng... yaudah kamu kasih makan Si Gagah... minggu depan mau ikut lomba.. dan ingat, sekarang urusan burung kamu yang megang yah Juwa... biar kamu juga tau.. jangan ngandelin kakakmu aja..."

Di dalam kamar sana ada seorang anak yang makin cekikikan... Giwa..Giwa.. iseng banget yah! Hehe

Besok harinya...

"Kang... udahan ah... panggil Mamat aja..."

"Lho.. katanya nggak keren... maunya dipanggil Juwa... biar gagah kayak burung Jalak Suren-nya Abah.."

"Nggak enak dipanggil Juwa... "

"Jaadii..?"

"Mamat aja.. titik!

Kenangan itu melintas...

Giwa tersenyum sambil berair mata...

Apa lagi kenangan selanjutnya? Tetap di labirintoska...