Saturday, April 1, 2017

Kang Giwa (22) : "Empat Surat"



Akang....
Aku tidak tahu caranya menenangkan degup jantung yang tak beraturan ini. Menerima surat darimu yang saat ini aku pegang. Akang datang mengejutkan, seperti seorang pangeran ganteng dalam kisah sepatu kaca.  Aku malu Kang, malu sekali. Aku lusuh banget pastinya. Beda sekali dengan penampilan Akang yang sekarang. Tambah ganteng... banget!

Astaghfirullah... kok aku malah melamunkan Akang ya?
Aku tersenyum bahagia saat ini, Kang. Rasanya bibir ini tidak bisa melepaskan kuatnya luapan emosi tak terkendali dari hatiku. Cinta.

Aku buka satu surat, gemetar tanganku membuka lipatan kertas putih dari amplop pertama dari Akang,

Assalamu'alaikum Indri,
Apa kabar? Bagaimana kuliahmu, lancar?
Akang disini sudah mulai mengerjakan proyek penelitian, do'akan lancar juga ya.

Maaf Akang tidak bisa ngobrol banyak waktu kita bertemu di Sukabumi saat hari wafatnya Mamat, adik Akang. Kondisinya riweuh ya, tidak kondusif. Padahal Akang ingin mendengar ceritamu, Ind. Akang khawatir kamu mengalami kesulitan di perkuliahanmu. Sayang sekali, kantor Akang hanya memberikan izin satu hari saja. Besoknya Akang harus cepat-cepat kembali ke Malaysia.

Ohya, sekarang nomor hape Akang ganti ya, waktu itu kan kecopetan. Indri bisa sms Akang atau menelpon juga tidak apa-apa. Karena kalau surat kuatir lama sampainya. Sekarang nomor hape Akang di : 081322021978. Tapi kalau Akang menelpon kamu juga nggak apa-apa. Berapa nomor telpon kost-kostan kamu Ind? Sudah sering kita bertukar surat di asrama UI, Akang sampai lupa nanya.  Nggak pernah terfikir kalau kita akan terpisah lama seperti ini.

Akang akan berusaha menyelesaikan proyek penelitian ini agar bisa sesegera mungkin kembali ke Jakarta. InsyaAlloh 6 bulan target selesai.

Di sini nyaman sekali kantornya, fasilitas lengkap dan Akang tidak perlu kuatir soal biaya penelitian. Semua ditanggung Petronas. Selain itu Akang juga mendapat honor. Alhamdulillah, lumayan buat tambah-tambah tabungan. Persiapan rencana kita nanti.

Semoga Allah senantiasa melindungi kita.

Tolong dibalas secepatnya ya, Ind....
Wassalam

Aku tersenyum lagi. Mataku berlinang permata.
Aku buka surat kedua,

Assalamu'alaikum Indri,
Apa kabar? Baik-baik saja kan? Semoga ya.
Hmm... sudah dua bulan Akang tunggu balasan suratmu tapi belum ada juga. Kenapa ya?
Sibuk?

Atau suratnya tidak sampai ke kost-anmu ya?
Tapi alamatnya lengkap kok. Akang bahkan tulis di keterangan di alamat tujuan " Lokasi di belakang Asrama Universitas Indonesia Depok" . Setidaknya surat itu nyasar-nyasar ke Asrama UI. Disitu kan banyak adik kelas yang kenal Akang. Siapa tahu disampaikan ke kamu, Ind. Ya, walaupun resikonya akan menjadi gosip baru tuh di Asrama. Tapi itu kemungkinan terakhir, jika kurirnya malas mencari alamat.

Indri sedang sibuk apa di kuliah? Praktikum ya? Atau meracik formula obat?
Coba diracik atuh obat biar Akang bisa menyelesaikan proyek ini lebih cepat. Kalau bisa besok langsung selesai. Bisa nggak?

Biar segera ada yang membuatkan teh manis hangat pagi-pagi buat Akang.

Eh, sudah ya, maaf Akang bercanda, tapi kalau iya pun nggak apa-apa juga sih. Aamiin.  

Jangan lupa dibalas,
Kuatir surat kemarin tidak sampai, Akang minta ya nomor telpon Pondok Puteri, kost-anmu itu. Dan ini nomor hape Akang, dicatat ya, 081322021978.

Wassalam

Aku tertawa kecil. Ah, Akang bisa aja.
Kubuka surat ketiga,

Assalamu'alaikum Indri,
Apa kabar? Akang khawatir sebenarnya, tapi kamu baik-baik saja kan?
Empat bulan sudah Akang melalui hari-hari di sini. Lumayan berat sih, tapi so far bisa dijalani. Akang punya bos orang Indonesia ternyata. Pak Darwis namanya. Serem banget orangnya. Standar stereotype bos-bos lah ya. Memang biasanya begitu. Tapi orangnya baik. Suka bercerita tentang keluarganya terutama anak gadisnya yang bernama Almira.

Ind, lucu deh, Akang disini dipanggil "Keanu". Sedikit nggak nyaman. Tapi itu menunjukkan mereka sangat menerima Akang dengan baik. Kami sudah sangat dekat dan kompak. Ohya, jangan kuatir ya, Akang masih menjaga jarak kok kalau dengan lawan jenis. Jangan cemburu ya... Hmm... nggak apa-apa juga sih cemburu itu kan tandanya..... (Ups, punten Akang bercanda lagi).

Indri nggak pindah kuliah kan?
Apa tawaran teh Annisa waktu itu akhirnya kamu terima? Kedokteran UNAND? Kamu jadi ikut UMPTN lagikah?

Semakin bingung Akang sekarang. Bagaimana cara menemukan kamu. Akang tidak punya nomor hape Teh Annisa pula. Semenjak hape ganti baru, semua nomor hilang. Bahkan Akang tidak bisa mengontak satupun teman Akang di kampus. Akang cuma berharap dua bulan lagi penelitian ini bisa segera selesai. Sudah kangen Indonesia.

Tapi kembali lagi, seandainya surat-surat Akang kemarin tidak sampai ke tanganmu. Tolong balas surat kali ini dan jangan lupa kasih nomor telpon yang bisa Akang hubungi.
Catat nomor hape Akang ya : 081322021978.

Wassalam

Akang tidak menyerah ya. Terimakasih Kang, ternyata Akang selama ini masih mengkhawatirkan aku. Kuusap mataku yang mulai basah. Kubuka surat keempat, masihkah Akang...

Surat keempat

Assalamu'alaikum Indri,
Apa kabar, Ind? Kamu baik-baik saja kan? Akang tambah khawatir. Tapi kamu baik-baik saja kan? 
Kuliah, masih?
Ada masalah? SPP belum naik lagi kan?
Maaf Akang kok nanya begitu ya, bukan bermaksud apa-apa sih, cuma kuatir kamu kesulitan di sana. Mainlah kamu ke rumah Akang. Sudah Akang titip pesan ke Ambu dan Abah seandainya kamu datang kesana agar memberikan nomor hape Akang. Tidak ada yang bisa mencari kamu, Ind. Abah dan Ambu sudah sepuh. Masa iya Akang merepotkan mereka. Kang Ridwan apalagi, sibuk menjadi camat di tempat baru. Di daerah Serang, Banten.

Ini memang salah Akang. Kenapa Akang jarang pulang ke rumah waktu dulu. Jarang berkomunikasi dengan Abah dan Ambu. Mereka bahkan tidak tahu siapa sahabat-sahabat Akang. Tidak ada satupun penyambung silaturohim. Akang sadar, betapa pentingnya kita saling memberikan kabar dan informasi kepada orangtua kita siapa yang bisa mereka hubungi jika terjadi sesuatu pada kita. Astagfirullah... Akang terlalu terlena dengan kesibukan sampai lupa pada hal-hal kecil tapi krusial seperti itu.

Sudah buntu akal Akang sekarang. Harus dengan cara apa lagi?
Sudah lewat dari janji Akang ke kamu ya, Ind.... delapan bulan masih di Malaysia. Ada banyak yang tak terduga di sini. Proyek Akang, tawaran S2, semua menjadi berkembang... akhirnya lewat dari 6 bulan waktu tunggu yang Akang berikan kepadamu.

Maafkan Akang...

Ind, ada satu hal yang Akang takutkan. Kamu masih sendiri kan?
Ah, kok Akang berfikir terlalu jauh ya, cuma takut aja kamu tiba-tiba ada yang meminang, bagaimana? Atau... kamu sudah menikah sekarang? Astaghfirullaah... Semoga tidak!
Atau kamu malah sudah tidak bisa kuliah lagi? Duh, jangan sampai terjadi!

Ind, Akang masih berniat untuk segera melamarmu. Selepas wisuda nanti, secepatnya Akang melamarmu. Atau saat Akang pulang ke Depok, seandainya kamu meminta, Akang bersedia untuk langsung menikahimu. Setidaknya kita akad nikah dulu, walimah kemudian. Banyak yang begitu, bukan? Cuma kita harus memahamkan ini benar-benar kepada keluarga kita. Menikah dini masih langka dalam budaya kedaerahan kita. 

Akang sudah tidak tahu harus bagaimana caranya lagi. Akang hanya bisa berdo'a dan selalu menitipkan kamu kepada Sang Pemilik Hati...

Wassalam,

Muhammad Giwana  (081322021978)

Akang?
Kupeluk surat terakhir darimu itu. Pecah sudah tangisku saat ini. Maafkan aku Kang... Aku yang salah. Kenapa aku tidak berusaha segigih Akang?

Segera kuambil handphoneku... tapi yaaah..... mati!




 










10 comments:

  1. Lanjutannya besok ya, Bun. Penasaran. Harus Happy ending. Ini pembaca maksa ke penulis. haha

    ReplyDelete
  2. Pastinya mba awie... happy ending ever after dech pokoknya... nantikan kelanjutannya besok ya...

    ReplyDelete
  3. Happy endingnya jangan yang mudah ditebak ya Teh. Agak Lamaan lagi juga ga apa apa.. yang penting jangan sampai tunggu sampai 7 bulan....Uppps...maaf.

    ReplyDelete
  4. Udah lahiran kak... 9 bulan nanti jadi novel kedua... hehe. Siapp lah Kak...nanti dibuat sulit ditebak dech... #muterotak

    ReplyDelete
  5. Aaaarrrrggghhhh..... Nihhh pinjem hape aku ajaaaahhh.....

    ReplyDelete
  6. Kang giwa love you...😍😍😍😍😍😍

    ReplyDelete