Wednesday, February 15, 2017

Misteri Puber Kedua



Tulisan ini sebenarnya adalah tantangan yang diberikan oleh salah satu teman ODOP (One Day One Post). Lumayan menantang karena dia mensyaratkan adanya "premis" dan "analisa" terhadap suatu misteri yang ada dalam masyarakat. Awalnya, gambaran yang diberikan adalah mengulas "tempat-tempat misterius" atau "fenomena kejadian di alam yang misterius". Berhubung diri ini tidak suka hal-hal yang bersifat sejarah, kecuali sejarah diriku sendiri,,  maka jadilah tantangan ini terasa "berat".  Seberat apa? Bisa disamakan dengan badan yang tidak olahraga dua minggu ditambah makan karbohidrat tiap malam.Nah, beratnya seperti itu. Jiahh, itu mah badannya yang berat yah. Aku banget....

Oke, pada kesempatan kali ini aku tetap harus menyelesaikan tugas tantangan ini. Biarlah nyambung atau nggak dengan persyaratan, yang penting ngumpulin PR. Soalnya nanti nggak boleh balik lagi nich sama ibu kost-kostan ODOP.

Menurutku menarik! Misteri tentang "Puber Kedua". Apakah hal ini benar-benar ada? Ataukah mitos semata? Mari kita telusuri tapak demi tapak misteri yang membuat para isteri kelabakan dan para suami kebingungan ini...

Seharusnya malu, meminjam istilah "puber" yang merupakan milik anak gadis atau anak bujang kita. Kok kita bisa-bisanya menjuluki sebuah keadaan dan status kegalauan orang "dewasa akhir" dengan istilah milik anak ABG ini. Siapa sih yang menamainya pertama kali? Wah, masih misteri juga... kalian pasti nggak tau,kan? Apalagi aku...

Kita mulai dengan arti secara etimologi, "Pubertas" berasal dari kata "pubes' yang artinya rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan. Secara terminologi, Pubertas adalah suatu kondisi atau keadaan yang menunjukkan perkembangan hormonal seseorang yang ditandai dengan kematangan organ reproduksi, perubahan emosi dan kejiwaan. Biasanya terjadi pada masa akhil baligh, usia 9 - 15 tahun dan berakhir pada usia dewasa muda yaitu 18 tahun. Masa pubertas dipisahkan menjadi fase tersendiri dalam perkembangan manusia diperkenalkan oleh seorang psikolog Amerika pada awal abad ke-20  bernama G.Stanley Hall. Menurutnya, pubertas merupakan langkah awal efek evolusi manusia untuk menuju pubertas yang permanen. Sedangkan menurut Sigmud Freud seorang psikoanalis, pubertas merupakan "The Genital Stage' yaitu energi baru yang mendongkrak stabilitas dari tekanan seksual masa kanak-kanak. Begitukah? Ya, namanya juga pendapat para ahli, iya-in aja, mereka sudah berfikir keras dan meneliti lama untuk menemukan sebuah definisi.

Lalu, ciri-ciri orang puber seperti apa sih?
Biasanya pubertas ini selain ditandai dengan perubahan fisik juga perubahan psikologis seperti ketertarikan dengan lawan jenis, pencarian jati diri, labil secara emosi, gejolak hati dan kebingungan. Wajar, karena pada usia puber ini seseorang masih menjalani masa transisi. Namun, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana jika puber ini kemudian muncul kembali setelah usia di atas 18 tahun, apakah wajar?

Menurut seorang psikolog, Yati Utoyo Lubis, pubertas itu hanya terjadi satu kali yaitu usia kisaran 9 tahun paling dini sampai dengan usia 15 tahun. Kalau begini, berarti tidak ada "puber kedua"dong yah. Hmm... seharusnya begitu. Kenyataannya? Puber kedua menjadi misteri unik yang bisa dinantikan atau juga ditakutkan. Sebuah misteri karena secara tidak sadar, seseorang baik itu isteri maupun suami bisa seketika menjadi detektif ulung melebihi Sherlock Holmes. Dengan kekuatan intuisi, analisa karakter sampai pemeriksaan TKP rela dijalani untuk memecahkan misteri ini. Seorang isteri akan sangat mudah mendapati perubahan sikap suaminya yang tiba-tiba mulai bercatut lama di depan cermin atau berganti-ganti parfum dan meminta jadwal berlatih fitness, yang sama sekali tidak pernah dilakukannya. Si isteri pasti langsung mengambil kesimpulan bahwa suaminya sedang "puber kedua". Begitupun juga suami ketika melihat isterinya mulai diet habis-habisan dan mempercantik diri dengan berbagai cara. Si suami curiga apakah isterinya berkorban sedemikian rupa demi terlihat cantik olehnya atau oleh laki-laki lain? Tuh kan, jatuhnya jadi prasangka buruk. Karena paranoid duluan dengan mitos yang ada. Padahal keduanya sedang berusaha merawat diri agar tetap terlihat menarik di hadapan pasangannya. Walaupun banyak juga yang akhirnya menjurus kesana tapi ingatlah, berbaik sangka kepada pasangan jauh lebih menetramkan, bukan? Setelah itu tinggal dikomunikasikan, selesai! 

Puber kedua dalam istilah psikologi dinamakan "Midlife Crisis" atau krisis dalam pertengahan kehidupan seseorang yang mulai menanjaki usia 40 tahun ke atas. Jadi bukan pubertas lagi namanya tapi sudah menjadi kejadian luar biasa atau di luar kebiasaan tepatnya. Makanya dinamakan "krisis" sehingga perlu "penyelamatan". Ekonomi saja jika mengalami krisis harus segera diselamatkan, bukan? Jika tidak, wah berbahaya sampai anak-cucu. Jadi menurutku, puber kedua itu hanyalah mitos yang terlanjur membudaya dan memanjakan. Kenapa membudaya? Karena secara sadar atau tidak, istilah ini sudah turun temurun dipakai disaat kita melihat perubahan pada suami atau pada isteri yang kembali berjiwa muda. Kenapa memanjakan? Karena dengan adanya mitos ini maka orang yang mengalaminya akan merasa menjadi "korban" fase kehidupan. Bisa berefek krisis kepercayaan diri ataupun sebagai ajang "pembuktian diri". Puber kedua bisa berimbas negatif seperti masa-masa kebingungan dan kegalauan seseorang di saat kesuksesan belum juga diraihnya, ujung-ujungnya depresi. Atau berimbas positif ketika seseorang menjadi lebih menjaga penampilan dan kesehatan dirinya serta meraih kesuksesan yang diimpikan sejak lama. Sehingga saat inilah ajang pembuktian dirinya. Sayang, kondisi ini kadang menjadi pemicu "petualangan" nakal yang diawali keisengan atau coba-coba karena merasa dirinya  sudah sehebat Raja.

Jadi, bagaimana tindakan penyelamatannya?
Pertama, tanamkan dalam pikiran kita  bahwa tidak ada itu puber kedua. Ini bukan misteri, tidak usah dipecahkan. Karena kalau ada, aku yakin akan muncul puber ketiga dan puber keempat, bukan?   Kedua, yakini bahwa perjalanan hidup sampai kepada fase terakhir kematangan kita, haruslah kita jalani dengan terus introspeksi diri. Ujian itu datang dengan berbagai macam dan cara, bisa menyenangkan atau menyedihkan. Bisa melenakan atau menguatkan. Kuncinya dalam sebuah pernikahan adalah "tanggung jawab". Jika suatu saat rasa cinta mulai pudar, kejenuhan mulai terasa, godaan manis mulai mengelilingi, kembalilah pada "tanggung jawab" yang sudah kita ikrarkan sebagai sebuah perjanjian agung di hadapan-Nya.  Komunikasi hangat dan dua arah, saling memuji antar pasangan, berikan perhatian tulus, mudah memaafkan  dan selalu siap menjadi pendengar yang baik. Dan ketiga, ingatlah "life begin 40" but "death even more closely".

Ps: Kalau mau tau kenapa aku pilih gambar pesawat dalam tulisanku ini, itu karena, pernikahan ibarat pesawat. Pernikahan itu seperti sebuah penerbangan: penumpangnya jelas, tujuannya jelas, arahnya jelas, nggak pake mampir-mampir. Nah, belok sedikit saja dari ordinat maka pesawat akan oleng, jatuh bahkan hancur tak tersisa. Jadi tetaplah lurus kedepan... kalau ada turbulensi segera jaga keseimbangan dan ikuti petunjuk penyelamatan diri yang sudah tertera di buku petunjuk yang sudah disiapkan dari awal mula perjalanan.








8 comments:

  1. Kalau aku sukanya menggambarkan pernikahan itu ibarat kapal mbak...berlayar dilautan ombak..kadang ada badai.nahkoda dan penumpang harus seirama agar selamat sampai tujuan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh mba wied... Kalau diibaratkan pesawat memang terlalu ekstrim ya, mungkin karena jaman semakin canggih, ujian rumah tangga pun tentu akan semakin canggih pula... aku dan suami sudah seperti Pilot dan Co-Pilot. Hehehe...

      Delete
  2. Hhiii... Harus banyak baca dan blajar lg nih..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dek Cici sepertinya baru mau "pesan tiket pesawat" ya? Silahkan dipercepat...

      Delete
  3. Pernikahan ibarat secangkir kopi .... pinjem tulisan bang Arhan
    hehehe ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua bias diibaratkan ya mas... bergantung pemikiran analogi masing-masing

      Delete
  4. Kalau menurut aku pernikahan itu ibarat gak jadi deh wkwkkwk

    ReplyDelete
  5. Wah, malah pada bahas pernikahan. Jadi gerogi nih. -_-

    ReplyDelete