Gugus yang baru lahir itu ibarat bayi mungil, lucu dan menggemaskan. Bayi yang mulai membuka matanya dengan perlahan untuk sebuah dunia baru. Si bayi menangis sebagai refleks awal perubahan yang dia rasakan. Ya!
Menangis... kemudian tersenyum ketika melihat orangtuanya menyapa dan memandang
dengan tatapan bahagia seraya berujar, “ Nak, selamat datang, semoga kelak kau
membawa kebahagiaan dan kebanggaan kepada kami”. Do’a dan harapan yang
diidam-idamkan si orangtua yang melahirkannya.
Beranjaklah si bayi mengenal sedikit demi sedikit dunianya. Eh, ada si
kakak yang lebih dulu lahir. Kakaknya sudah besar usianya sekitar 4 tahun. Nama
sang kakak sangat cantik, yaitu “ Bulan “. Si kakak baik sekali mengenalkan si
adik dengan dunia baru. Diajari satu persatu sampai si adik mulai mengenal dan
berani menghadapi tantangan. Si adik tahu diri, tidak selamanya mengandalkan si
kakak untuk mengajarinya secara detail. Dia harus belajar sendiri dan menyimpan pengalamannya dalam lobus-lobus otaknya. Maklumlah, si kakak juga sibuk dengan
kegiatan kesehariannya dibanding si
adik yang masih banyak dibantu ayah bundanya.
Orangtua mereka sangat penyayang dan perhatian. Sampai suatu ketika mereka berdiskusi masalah nama. Mau
dikasih nama apa ya? Kakaknya bernama “BULAN” penerang dalam kegelapan, si adik
laki-laki (ceritanya) kita namakan “OBOR” saja, sama-sama penerang dalam
kegelapan malam. Alhamdulillaah, akhirnya lengkap sudah kebahagiaan mereka
dengan 2 anak yang lucu-lucu, satu perempuan dan satunya laki-laki.
Itulah kiasan cerita bagaimana Puskesmas Kecamatan Kembangan mempunyai 2 Gugus
Kendali Mutu yaitu Gugus BULAN dari profesi bidan dan Gugus OBOR dari Farmasi.
Kemudian siapa yang memberi nama OBOR yang sebenarnya ya? Yukk simak cerita berikutnya....
Nama OBOR singkatan dari
Optimalkan Budaya Obat Rasional. Kenapa mengusung budaya obat rasional ? Ya saya akan jawab. Karena dalam pelayanan kefarmasian khususnya yang berkaitan langsung dengan obat-obatan maka aspek kerasionalan dalam pemberian obat kepada pasien adalah suatu keharusan. Dalam siklus pelayanan kesehatan, terapi terhadap pasien diawali dengan "surat cinta" yang berisi hasil diagnosa yang komprehensif dari seorang dokter yang kemudian diwakilkan pada beberapa nama obat yang ditulis dalam selembar kertas yang dikenal dengan istilah " resep ", yang diberikan kepada apoteker di apotek untuk disiapkan dan diberikan kepada pasien. Proses penyiapan obat mulai dari penerimaan resep, pelabelan, peracikan dan penyerahan obat disertai dengan informasi yang jelas dan lengkap dinamakan dengan Dispensing. Waah jadi kuliah singkat lagi dech... nggak apa-apa ya? Biar pinter.. hehe.
Trus kok bisa dapat nama " OBOR " ?
Nah, begini ceritanya :
" Sudah baca do'a belum ?" Tanyaku pada dua orang makhluk cantik yang duduk di belakangku.
" Bismillaahi majreha wa mursaha inna robbi laghofuururrohiim..." Serempak mereka langsung melantunkan do'a berkendara. Kemudian Neng Scoopy melaju dengan perlahan. Maklum aku tidak bisa ngebut. Kecepatan paling tinggi masih di kisaran 40 km per jam. Itu juga jarang. Bisa dibayangkan ya, seorang ibu imut membonceng 2 anaknya lengkap dengan tas sekolah mereka, ditambah tas kerja berbentuk ransel. Tak pelak pemandangan ini sering dikritisi oleh suamiku, begini katanya " Aduuh,,, Umi ini mau kerja atau mau sekolah sih? Masa tasnya nggak jauh beda sama tas anak-anaknya? Mana berat-berat lagi !"
Hehehe. Aku juga heran. Perabotan perempuan memang memakan lahan paling banyak dalam sebuah tas. Betul tidak ? Dompetnya saja sudah seukuran buku "Big Boss" yang suka dipakai anak SMP atau SMU, isinya komplit. Selain uang, kartu ATM, KTP, kartu member belanja, terkadang lipstick pun muat di dalam dompet tadi. Belum lagi slip-slip belanjaan atau transaksi Bank, flashdisk, gunting kuku, peniti... Eitt ! cukup-cukup ini mah namanya bedah dompet dong! Nah, belum lagi ditambah buku agenda, beberapa file pekerjaan, handphone, charger dan power bank.
( Eeeh dibilang sudah cukup juga , malah diterusin.. hihihi )
Intinya sih wanita itu rempong. Tapi perkasa dan tanpa balas jasa. Setiap hari aku mengantar anak-anakku ke sekolah yang kebetulan satu arah dengan tempat kerjaku.
Kembali ke leptop ! Saya mendapat ilham menamai gugus dengan "OBOR" ini saat berangkat kerja. Tidak langsung dapat tentunya. Satu, dua, tiga komposisi nama sempat mampir di benakku. Tapi sekarang sudah lupa. Kebetulan atau bisa dibilang kebiasaan, di motor kesayangan itulah lahir ide-ide brilliant tentang apa saja termasuk nama
OBOR. Bisa dibayangkan nggak ? Otak dan tubuh harus bekerja keras menjaga
keseimbangan disaat si empunya lagi fokus memikirkan nama gugus. Untung
nggak sampe nabrak...! kalau disorientasi sering... sampai pada suatu hari si Kecil berkata dengan polosnya,
" Mommy.... hari ini aku ikut ke tempat kerja Mommy ya ? "
Seketika aku terkejut ! Kok ada orang di belakangku? Nah lho,,,,?
Astagfirullaah,,, di alam bawah sadarku perasaan aku sudah mampir ke sekolah anakku yang duduk di bangku kelas dua SD itu... ternyata belum !
Hehehe.... buat ibu-ibu dimanapun anda berada : " Don't Try This at Road "
Jangan melamun di motor, bahaya !
Semangat terus Teh, mantap kisah kisahnya.
ReplyDeleteSemangat terus Teh, mantap kisah kisahnya.
ReplyDelete